Gaung Jeritan Petani Kendeng di Kota Satria

Lingkungan140 Dilihat
Petani yang tersiksa oleh jeratan pemodal, salah satu aksi teatrikal yang dipentaskan dalam Aksi Solidaritas untuk Petani Kendeng di Alun-Alun Purwokerto, Banyumas, Kamis, (24/3). (Sucipto)

“Sawah suah lasat!”

Dua wanita bercaping meneriakkan kalimat itu dalam bahasa Minangkabau yang berarti “sawah sudah payah”. Mereka menebarkan tepung yang dibawa dengan tampah ke kerumunan pengunjung Alun-alun Purwokerto, Banyumas, Kamis (23/3) malam.

Para pengunjung terkejut dan menghindari taburan tepung. Ada pula yang pasrah karena tidak sempat menghindar dan akhirnya merelakan pakaian serta bagian tubuhnya terkena bubuk putih itu.

Kegaduhan itu timbul akibat penampilan teatris Teater Teksas Fakultas Ilmu Budaya Unsoed di Aksi Solidaritas untuk Petani Kendeng. “Dengan serbuk terigu saja orang bisa merasa terganggu, apalagi semen,” kata Irma Septiana, anggota teater Teksas pascapementasan. Adegan itu mencoba memberi kesan kepada pengunjung untuk merasakan apa yang petani Kendeng alami.

Selain teater Teksas, ratusan orang yang terdiri dari aktivis, mahasiswa, dan seniman berkumpul untuk mengisi panggung budaya dan melakukan doa bersama untuk petani Kendeng yang sedang memperjuangkan tanahnya.

Mereka mendukung aksi “Dipasung Semen” jilid dua yang dilakukan petani Kendeng di Seberang Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat sejak Rabu, 13 Maret 2017 lalu.

Sujada Abdul Malik, narahubung aksi tersebut mengungkapkan bahwa persoalan pembangunan Pabrik Semen di Kendeng bukan hanya soal bentang alamnya yang akan rusak.
Jika pembangunan Pabrik Semen tetap berjalan, akan terjadi kerusakan lain, salah satunya kerusakan kawasan karst yang berdampak pada kekeringan, dan mematikan aktivitas tani warga Kendeng.

“Diperkirakan, suplai air untuk lahan 24.937,132 Ha akan hilang,” ungkap Sujada Abdul Malik.

Berbagai elemen yang terlibat dalam aksi juga melakukan penggalangan dana di beberapa pusat keramaian di Purwokerto sejak siang hari. Dana yang terkumpul akan dikirim kepada para petani Kendeng untuk membantu mereka dalam menyuarakan tuntutannya.

Sucipto

Tinggalkan Balasan