Purwokertokita.com – Puluhan massa yang berasal dari beberapa organisasi masyarakat seperti Pemuda Pancasila (PP), Laskar Merah Putih (LMP), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menggelar aksi antikomunis yang dilaksanakan di halaman kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Banyumas, Senin (9/5).
Dalam aksi tersebut, massa meneriakkan yel-yel antikomunis dan juga membawa spanduk serta beberapa tulisan, tak lupa replika palu dan arit. Dalam orasinya, beberapa perwakilan ormas penyebaran bahaya laten komunis sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat.
“Karena itu, kita tidak boleh membiarkan ajaran komunis menyebar di kalangan masyarakat. Karena PKI adalah pembunuh jenderal,” kata salah satu orator.Orasi dilakukan oleh perwakilan organisasi masyarakat yang menilai tidak boleh ada ruang bagi komunis untuk berkembang di Indonesia. Tak hanya itu, beberapa orasi menyebut aksi ini tidak hanya menolak paham komunisme, tetapi juga liberalisme dan kapitalisme.
Dalam aksi tersebut, Ketua PP Banyumas, Yudo F Sudiro meminta kepada pemerintah kabupaten untuk menghidupkan wawasan kebangsaan di sekolah.
Menurutnya, wawasan kebangsaan perlu diajarkan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga mahasiswa agar generasi mendatang mengenal Pancasila secara utuh.
“Kami minta kepada Dinas Pendidikan Banyumas melakukan kegiatan nyata, mulai ajarkan wawasan kebangsaan dari PAUD sampai mahasiswa,” ujarnya.
Ia juga menegaskan koalisi benteng nusantara menolak ajarang kiri dan kanan. “Hari ini beretepatan dengan hari ulang tahunnya PKI, hari ini juga kami membangun kesamaan (pandangan) bahwa PKI dan ajarannya tidak layak hidup di Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya itu, mereka juga meminta kepada pemerintah untuk menolak meminta maaf terhadap korban ’65. “Menyitir pendapat Menhankam, masa seorang tentara atau bangsa harus meminta maaf kepada orang yang mau membunuh kita,” ucapnya.
Aksi yang berlangsung selama satu jam juga diwarnai aksi teatrikal pembakaran simbol komunisme, palu dan arit. Sebelum bubar, massa aksi membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk penolakan terhadap komunis.
“Nanti spanduk ini akan kami sampaikan kepada DPR-RI,” jelas Arno Suprapto.