Fatayat NU Purbalingga Serukan Anti Radikalisme

Peristiwa181 Dilihat
Wakil Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi menandatangani deklarasi seruan penolakan paham radikalisme di pendapa Cahyana, Minggu (8/5). Agenda tersebut merupakan bagian dari acara hari lahir Fatayat Nahdalatul Ulama ke-66. (sumber: Humas Purbalingga)
Wakil Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi menandatangani deklarasi seruan penolakan paham radikalisme di pendapa Cahyana, Minggu (8/5). Agenda tersebut merupakan bagian dari acara hari lahir Fatayat Nahdalatul Ulama ke-66. (sumber: Humas Purbalingga)

Purwokertokita.com – Organisasi perempuan yang merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama (NU), Fatayat NU Purbalingga menyuarakan seruan penolakan terhadap gerakan radikalisme di Purbalungga, Minggu (8/5).

Seruan tersebut disampaikan Ketua Fatayat NU Cabang Kabupaten Purbalingga Siti Mutmainah dalam peringatan hari lahir Fatayat NU ke-66 tahun di Pendapa Cahyanya, Minggu (8/5).

“Kami menolak segala bentuk aksi kekerasan, ekstrimisme dan terorisme di bumi nusantara. Kami juga siap meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap upaya pembentukan paham radikal,” katanya.

Untuk mencegah bermunculan gerakan radikalisme, Mutmainah mengatakan pihaknya berkomitmen menebarkan kasih sayang kepada masyarakat dengan pendekatan humasnistik.

”Selain itu, organisasinya juga siap bekerjasama dan mendukung pemerintah dalam menanggulangi dan memberantas gerakan radikalisme,” ucapnya.

Dalam acara tersebut, mantan sekretaris jenderal (Sekjen) Pengurus Besar NU (PBNU), Taufiq R Abdulah mengikuti ikrar yang ditandatangani dalam agenda tersebut. Dalam sambutannya, ia mengemukakan ikrar tersebut merupakan bagian dari langkah dan solusi persoalan yang dihadapai bangsa Indonesia.

Menurutnya, sudah 20 tahun terakhir, Indonesia terus bergejolak seperti pada tahun 1950-an. “Sejak reformasi sampai sekarang, Indonesia seperti supermarket ideologi, karena ideologi apapun ada di Indonesia,” jelasnya.

Taufiq menjelaskan saat ini kerap dijumpai, seperti pengharaman aktivitas ibadah dari segolongan umat lain terhadap umat seagama. “Seperti mengharamkan talilan, tadarus, istighosan dan kegiatan lainnya,” katanya.

Ia menyebut, kelompok tersebut menganggap Indonesia jauh dari ajaran Islam. “Sehingga mereka ingin mengganti Indonesia menjadi negara Islam,” jelas Taufiq.

Sementara itu, Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Partiwi meminta agar organisasi tersebut tetap solid dan semakin maju. Saat ini, hubungan antara Fatayat NU dan pemerintah kabupaten (pemkab) cukup sinergis.

“Pihaknya bersama bupati mencermati, bahwa sampai saat ini, hubungan antaar pemkab Purbalingga dan Fatayat NU cukup sinergis, harapan kami, hubungan tersebut agar terus terjaga dan ditingkatkan di masa-masa yang akan datang,”pintanya.

Tinggalkan Balasan