Komunitas Hindu Klinting Bersiap Sambut Nyepi

Peristiwa206 Dilihat
Pemuka agama keluar pura usai memimpin upacara di Pura Giri Kendeng Desa Klinting Somagede Banyumas. Meski minoritas, mereka bisa hidup penuh toleransi dengan warga setempat selama ratusan tahun. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Pemuka agama keluar pura usai memimpin upacara di Pura Giri Kendeng Desa Klinting Somagede Banyumas. Meski minoritas, mereka bisa hidup penuh toleransi dengan warga setempat selama ratusan tahun.
(Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Komunitas masyarakat Hindu yang berada di Desa Klinting Kecamatan Somagede Banyumas saat ini bersiap menyambut Hari Raya Nyepi 1938. Persiapan tersebut sudah dilaksanakan sejak Minggu (6/3) lalu dengan beberapa ritual.

Meski minoritas, toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan tetap dijunjung tinggi masyarakat setempat. Kepala Desa Klinting, Sudir mengemukakan selama ini sebelum perayaan Hari Raya Nyepi kerap dilakukan sosialisasi. “Langkah ini dilakukan agar warga bisa menghargai perayaan Nyepi,” katanya saat ditemui di kantor Pemerintah Kabupaten Banyumas, Senin (7/3).

Ia mengemukakan, warga non-Hindu di wilayahnya juga turut membantu kegiatan dalam menyongsong hari besar keagamaan tersebut. Ia mengakui, sudah sejak dulu keberagaman menjadi identitas di wilayahnya. Bahkan, Pura Giri Kendeng yang berada di desa tersebut menjadi pusat perayaan ritual Nyepi di Banyumas.

“Kami tetap saling bergotong royong, bahkan dari kalangan minoritas sendiri ada yang menjadi kepala dusun. Hingga kini, jumlah penduduk pemeluk Hindu di tempat kami mencapai lebih dari 180 jiwa,” jelasnya.

Sementara itu, pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) kecamatan Somagede, Minoto Dharmo mengemukakan rangkaian peringatan menyongsong Nyepi diawali dengan upacara Melasti di Pantai Selok, Cilacap.

“Saat ini, kami melakukan persiapan untuk sesaji dan keperluan upacara. Besok (Selasa, 8/3) akan dilakukan upacara Tawur Agung,” ujarnya.

Umat Hindu di Desa Klinting akan melaksanakan tapa brata penyepian mulai Selasa (8/3) sekitar pukul 18.00 WIB hingga Rabu (9/3) pukul 18.00 WIB. Ritual ini dilakukan selama 24 jam penuh sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Diakuinya, meski merupakan minoritas, mereka terbiasa hidup bersama dengan umat lain, tanpa adanya gesekan antarumat beragama. masih menurut Minoto, masyarakat Desa Klinting sangat menghargai perbedaan dan toleransi yang tinggi.

“Selama peringatan Nyepi tidak pernah ada masalah, mereka (masyarakat) sudah terbiasa. Kami harap pada peringatan tahun ini bisa berjalan lancar,” ujar dia.

Tinggalkan Balasan