Purwokertokita.com – Masih membekas dalam ingatan Suwarto WS (69), peternak sapi di Desa Kemutug Lor, Baturraden, saat pertama kali mendapat bantuan indukan sapi perah melalui program Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) pada era pemerintahan Soeharto tahun 1987.
Saat itu, Suwarto dan 28 orang lain di desanya yang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak Margo Mulyo Desa Kemutug Lor, mendapatkan bantuan indukan sapi perah Fries Holland.
“Awalnya diberi bantuan sapi indukan sepasang, kita harus mengembalikan 2 ekor anakan untuk setiap induknya,” tutur Suwarto menceritakan awal dia beternak sapi.
Dari indukan inilah Suwarto kemudian mengembangkan peternakan sapi miliknya, hingga dia memiliki sapi secara mandiri yang terus dikembangbiakan. Sapi yang sudah besar dia perah susunya untuk dijual, para pembeli susu biasanya datang sendiri ke rumahnya.
60 liter susu sapi dihasilkan setiap harinya dari sapi perah yang saat ini dimiliki Suwarto. Menurut Suwarto, satu ekor sapi bisa menghasilkan 15 liter susu, dia hanya memerah susu 4 ekor sapi dari total 16 ekor yang kini dia miliki.
“Saat ini yang produktif 4 ekor, yang lain masih anakan dan ada yang sudah produktifitasnya menurun,” tambah Suwarto.
Selain mendapatkan hasil dari penjualan susu, setiap tahunnya Suwarto bisa menjual paling sedikit 2 ekor anakan sapi hasil ternaknya. “Setiap tahunnya saya bisa jual minimal 2 ekor anakan sapi, kadang bisa 3 atau 4 dalam setahun,” ungkapnya.
Ketekunan Suwarto dalam memelihara sapi telah berhasil mengubah kehidupan ekonomi keluarganya. Dia kini jadi juragan sapi yang sering dikunjungi peternak dari daerah lain yang ingin belajar darinya.
Dan hasil yang paling membanggakan bagi Suwarto, tahun 2014 dia bisa berangkat haji dengan biaya hasil dari beternak sapi. Kadang, Suwarto dijuluki sebagai haji sapi oleh tetangganya yang mengetahui cerita sukses Suwarto beternak sapi.
“Saya hidup dari sapi, makan, bikin rumah, biaya anak sekolah dan kebutuhan lainnya dari hasil sapi. Tahun 2014 alhamdulillah saya bisa berangkat haji dari hasil beternak sapi juga,” pungkas Suwarto.