Purwokertokita.com – Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PC NU) Banyumas, Jawa Tengah meminta pemerintah mendampingi eks anggota Gafatar yang dipulangkan ke daerah asal.
Komandan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Banyumas , Slamet Ibnu Anshori mengatakan penyelesaian soal Gafatar tak bisa berhenti hanya pada upaya pemulangannya saja. Menurut dia, di tempat asalnya pun eks anggota Gafatar masih membutuhkan pendampingan dan pembinaan.
“Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian eks anggota gafatar dan pemulangannya, mestinya tidak berhenti pada upaya pemulangannya saja. Mestinya ada proses untuk kemudian penanganan ketika sudah di daerah lokasi tempat tinggalnya,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah melindungi anggota Gafatar. Sebab, ada potensi resisten (penolakan) dari masyarakat di daerah asal anggota Gafatar.
“Mestinya ada pembinaan dan sebagainya. Dan juga pengawasan,” kata Slamet.
Slamet Anshori juga meminta agar masyarakat tidak reaktif dan mau menerima kembali eks anggota Gafatar. “Saya berharap (masyarakat) kemudian tidak anarkis, satu, kemudian tetap tidak meninggalkan kewaspadaan,” lanjutnya.
Kendati demikian, ia juga mengimbau agar masyarakat tetap mewaspadai kemungkinan masuknya ajaran menyimpang dan radikal ke tengah masyarakat.
Dalam upaya asimilasi eks anggota Gafatar, pendampingan dan pembinaan tidak bisa hanya dilakukan kepada eks anggota Gafatar saja. Masyarakat juga perlu mendapatkan sosialisasi yang massif dalam merespon secara positif kembalinya eks anggota Gafatar ke daerah asal.
Slamet Ibnu menambahkan, NU Banyumas siap dilibatkan dalam upaya inklusi eks anggota gafatar dengan masyarakat setempat.
Diketahui, pemerintah tengah melakukan upaya pemulangan ratusan eks anggota Gafatar dari Moton Panjang, Mempawah, Kalimantan Barat. Pemerintah Banyumas mengidentifikasi ada 17 orang yang berasal dari Banyumas.
Pemulangan dilakukan setelah terjadi pembakaran dan pengusiran terhadap ratusan eks anggota Gafatar yang mendiami kawasan tersebut.