Daryanto, Berkreasi Tanpa Henti Kembangkan Sandal Bandol

Bisnis129 Dilihat
Daryanto yang sedang memamerkan produk sandal bandol buatannya pada acara Gebyar Asyik di Gor Satria Purwokerto. (Yudi Setiyadi/Purwokertokita.com)
Daryanto yang sedang memamerkan produk sandal bandol buatannya pada acara Gebyar Asyik di Gor Satria Purwokerto. (Yudi Setiyadi/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Sandal bandol, kerajinan unik dan khas dari Purwokerto ini telah menjadi bagian dari sejarah perekonomian masyarakat Banyumas. Namun saat ini, sandal bandol berbahan ban mobil bekas sudah jarang dijumpai di pasaran, spon kini telah menjadi pilihan sebagian besar perajin.

Menurut Daryanto, perajin sandal bandol, sudah sejak tahun 1950 an sandal bandol diproduksi oleh masyarakat di Banaran, Pasir Kidul, Purwokerto. “Saya adalah generasi ketiga perajin sandal bandol Banaran, saya mewarisi keterampilan membuat sandal bandol dari ayah saya,” tutur Daryanto yang saat ini tinggal di Desa Keniten, Kedungbanteng, Banyumas.

Tahun 1997, Daryanto memutuskan melanjutkan usaha yang diwariskan keluarganya di Desa Keniten, usahanya berkembang cukup pesat hingga 20 orang tetangga ikut bekerja padanya. Persaingan pasar yang tidak sehat membuat usahanya jatuh, saat itu dia memutuskan melanjutkan usahanya seorang diri dibantu Tuwiyah istrinya.

Baca juga : Inspiratif! Anak Muda Ini Berbisnis dengan Hobinya

“Permasalahan yang dihadapi perajin adalah kekompakan dan pemasaran yang kurang luas, hal ini membuat sebagian besar perajin di Banyumas sudah jarang membuat produk asli dari karet ban bekas,” ungkapnya.

Keinginan kuat agar sandal bandol bisa diterima oleh pasar dan bisa memiliki peminat baru, menjadikan Daryanto terus berkreasi menciptakan desain-desain sandal baru dengan tetap mempertahankan bahan limbah karet ban. Bolak-balik ke Siodarjo pun dia lakoni untuk ikut pelatihan tentang pengembangan produk dan menguji kualitas sandal buatannya.

“Selain berkreasi dengan desain sandal, saat ini kami sudah punya standar lem sendiri yang sudah teruji kekuatannya,” katanya.

Demi kenyamanan, bahan karet bleder yang merupakan karet limbah dari cetakan ban kini menjadi pilihannya dalam membuat sandal. “Sekarang pakai karet bleder limbah dari pabrik ban, agar sandal lebih nyaman”.

Bukan hanya desain dan kualitas yang terus dia kembangkan, Daryanto juga mencoba peruntungan dengan memasarkan sandal bandol buatannya memanfaatkan media online. Kini Daryanto sudah mulai akrab berkomunikasi dengan pelanggan yang memesan sandal bandol buatannya secara online.

“Banyak pemesan dari luar Banyumas hingga luar jawa yang memesan sandal bandol secara online, mereka suka dengan sandal bandol karena keunikannya,” tambah Daryanto.

Selain memanfaatkan website yang beralamat di bandolanbanyumas.com , Daryanto juga menggunakan whatsap dan BBM untuk berkomunikasi dengan pelanggan. “Kadang ada yang minta dikirimi contoh produk, saya kirimkan fotonya lewat whatsap atau BBM”.

Daryanto optimis bahwa sandal bandol berbahan limbah ban yang masih dia pertahankan bisa memiliki pasar yang lebih luas dan akan terus berkembang. “Ketika orang datang ke purwokerto, mereka selalu mencari mendoan, soto dan getuk goreng. Lalu kenapa kita tidak buat mereka untuk mencari sandal bandol,” pungkasnya.

Yudi Setiyadi

Tinggalkan Balasan