Purwokertokita.com – Puluhan umat Tri Dharma Klenteng Boen Tek Bio Banyumas, menggelar upacara sembahyang rebutan, Minggu (9/9). Tradisi ini menandai berakhirnya bulan ketujuh Tahun Imlek, atau yang dikenal dengan sebutan Bulan Hantu.
Di Tiongkok, merupakan salah satu masa penting bagi penganut kepercayaan ini. Sebab, mereka akan mengirimkan sesaji bagi arwah gentayangan untuk diantar memasuki alam baka.
Upacara dimulai dengan menyajikan beragam jajanan pasar, lauk pauk, nasi, daging, mie, hingga minuman di meja upacara King Hoo Ping. Di bagian bawah meja juga disajikan kayu bakar, pohon padi, daun beringin, kukusan, suluh, kertas, sembahyang, uang akhirat untuk leluhur, pakaian yang terbuat dari kertas serta air Sungai Serayu. Di kanan kiri, dua ekor babi disajikan.
Di sisi kanan pintu masuk klenteng terdapat sajian jajanan pasar untuk penganut Kejawen. Sedangkan di halaman klenteng umat juga meletakkan sesaji khusus untuk penguasa akhirat.
Tepat pukul 09.00, bendera hitam dinaikkan di depan klenteng Boen Tek Bio sebagai pertanda dimulainya upacara. Seluruh umat dibantu oleh sejumlah elemen masyarakat lintas agama dan kalangan perbankan membantu pembagian sembako kepada warga kurang mampu di sekitar lingkungan tersebut.
Humas TITD Boen Tek Bio, Sobita Nanda menuturkan, menjelang tengah hari, umat Tri Dharma berkumpul memulai upacara. Mereka berdoa kepada penguasa akhirat agar mengijinkan para arwah hadir di meja King Hoo Ping untuk menikmati sajian.
“Beda dengan perayaan Ceng Beng, sembahyang rebutan ini tidak hanya mendoakan arwah leluhur, tapi juga arwah orang lain yang masih bergentayangan di bumi karena tidak lagi mendapat perhatian keluarga yang masih hidup,” urainya.
Sobita menambahkan, sekira pukul 14.00 umat mulai membakar kertas sembahyang, uang akhirat serta beberapa sajian disaksikan oleh seluruh umat yang hadir. Prosesi tersebut dipercaya sebagai pengantar untuk para leluhur supaya tenang di alam yang berbeda. Setelah seluruh rangkaian upacara selesai, bendera hitam kembali diturunkan.
“Upacara ditujukan untuk mengundang arwah, tidak hanya umat Konghucu saja, tapi juga masyarakat umum yang bergentayangan. Agar mereka diseberangkan masuk ke alam baka, sehingga kelak bisa lahir kembali dan menjadi makhluk yang sempurna,” tambah Sobita. (NS-)