Purwokertokita.com – Tingginya kasus meninggal akibat penyakit DB hingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Banyumas, membuat pelajar SD Kracak I Kecamatan Ajibarang melakukan aksi nyata, berupa pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah warga sekitar dan sekolah.
Sejak Senin (15/2) pagi, siswa sudah berkeliling desa untuk melakukan aksi nyata dengan pendampingan guru mereka. Aksi ini seolah mengajak warga untuk mulai kembali lagi sadar untuk selalu menjaga kesehatan lingkungannya.
Berbekal peralatan seadanya, seperti tong sampah, mereka memungut sampah yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti kaleng bekas hingga cumplung. Selain memunguti sampah, mereka juga menguras bak di kamar mandi sekolah dan milik warga.
Menurut seorang siswa, Khairul Fadli (12), kegiatan PSN tersebut mengajarkan kepadanya untuk selalu menjaga lingkungannya agar tidak terdampak penyakit demam berdarah. “Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan supaya tidak ada wabah penyakit demam berdarah lagi. Itu harapan kita semua,” katanya.
Aksi yang ditunjukkan pelajar tersebut, menurut seorang guru yang mendampingi mereka keliling desa diharapkan bisa menjadi pelajaran berharga akan pentingnya kesehatan badan yang dimulai dari lingkungannya.
“Ini menjadi pembelajaran bersama, dimulai dengan yang paling mudah seperti menutup barang barang bekas yang megakibakan munculnya nyamuk. Kedua, menguras bak mandi dan menutup serta mengubur sampah dan kaleng sebagai sarang nyamuk,” kata Guru SD Kracak I, Maryani.
Aksi tersebut tumbuh dari rasa kepedulian siswa yang prihatin mewabahnya penyakit demam berdarah yang telah membuat tujuh penderitanya meninggal dalam kurun waktu 44 hari terakhir.
Sebelumnya, Bupati Banyumas, Achmad Husein, menetapkan KLB demam berdarah pada Minggu (14/2) sore saat rapat koordinasi di Grha Satria Kompleks Pendapa Si Panji Purwokerto. Langkah tersebut, ditindaklanjuti dengan pengarahan PSN yang mengumpulkan semua kepala desa dan muspika kecamatan.
Dalam kegiatan tersebut diinstruksikan kepada seluruh jajaran dari RT hingga pejabat muspika untuk melakukan PSN secara massal. “Kita harus bergerak cepat agar tidak berlarut larut, itu sudah 51 suspect dan yang meninggal tujuh orang dalam waktu 44 hari,” katanya.