Warga Jomblang Bertaruh Nyawa Demi Pemimpin Baru Purbalingga

Peristiwa248 Dilihat
Warga Dusun Jomblang Desa Sidareja Kecmaatan Kaligondang menyeberangi Sungai Gintung menggunakan perahu karet dan dikawal anggota TNI/Polri untuk menyuarakan aspirasi mereka dalam Pilkada Purbalingga, Rabu (9/12). (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)
Warga Dusun Jomblang Desa Sidareja Kecmaatan Kaligondang menyeberangi Sungai Gintung menggunakan perahu karet dan dikawal anggota TNI/Polri untuk menyuarakan aspirasi mereka dalam Pilkada Purbalingga, Rabu (9/12).
(Uwin Chandra/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Keinginan warga Dusun Jomblang Desa Sidareja Kecamatan Kaligondang untuk memilih calon pemimpin baru Purbalingga patut diacungi jempol. Mereka berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) 08 Mlayang yang berada di seberang Sungai Gintung sejak Rabu (9/12) pagi.

Warga dari berbagai kalangan usia, tua-muda, nampak antusias menantikan saat-saat bersejarah dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Purbalingga. Meski arus sungai cukup deras, warga yang menanti di seberang Dusun Mlayang bergantian menaiki perahu karet yang sudah disediakan TNI/Polri.

“Jalannya lumayan jauh. Sebelum menyeberang Sungai Gintung, kami menyeberangi sungai juga di sebelah sana,” ucap warga Dusun Jomblang, Ruyati (60) sambil menggendong cucunya saat menyusuri tepian sungai Gintung.

Ruyati datang bersama tetangganya dengan menyeberangi Sungai Gintung yang memiliki lebar 50 meter. Diakuinya, usaha itu dilakukan untuk memilih dalam pilkada serentak kali ini. Harapan akan adanya perubahan dengan pemimpin baru Purbalingga, terlontar dari warga Dusun Jomblang lainnya, Miswati (25). Diakuinya, coblosan kali ini menjadi pengalaman pertamanya.

“Ini baru pertama kali ikut, tahun sebelumnya saat pemilu kami dan warga Grumbul Jomblang tidak ada yang ikut nyoblos karena waktu itu sungai Gintung meluap. Kalau mau nyoblos, jalannya jauh muternya,” ucapnya.

Warga Dusun Jomblang menyusuri bukit di tepian SUngai Gintung menuju TPS 08 Mlayang Desa Sidareja untuk menyalurkan suara mereka, Rabu (9/12). (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)
Warga Dusun Jomblang menyusuri bukit di tepian SUngai Gintung menuju TPS 08 Mlayang Desa Sidareja untuk menyalurkan suara mereka, Rabu (9/12).
(Uwin Chandra/Purwokertokita.com)

Mereka berharap besar pada pemimpin Purbalingga yang terpilih nantinya. Harapan tersebut berupa pembangunan fasilitas akses infrastruktur desa. “Kami berharap ke bupati baru dapat membuat jembatan dan jalannya juga diperbaiki. Soalnya kasihan warga harus menyebrang sungai, kemana-mana nyebrang kali, ke Desa sebelah nyebrang ke sini juga nyebrang,” katanya.

Lokasi Grumbul Jomblang berada di antara dua sungai besar, yakni Sungai Tambra dan Sungai Gintung. Sehingga mau tak mau mereka harus menyebrang sungai untuk menyingkat jarak. Karena, jelasnya, kalau memutar jaraknya lebih jauh. Ia mengemukakan, untuk menyeberangi sungai saja harus bersama-sama, lantaran arusnya sangat deras.

Miswati menceritakan, untuk menyeberang Sungai Gintung, biasanya selalu bersama warga lain. Sebab, kalau sendiri takut tak kuat menahan arus sungai. “Setidaknya harus bareng 2-3 orang, itu saja harus saling berpegangan agar dapat menyeberang,” ucapnya.

Baca: Kpu Purbalingga Siapkan Perahu Karet Angkut Pemilih Dusun Jomblang

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Purbalingga Sri Wahyuni mengatakan setidaknya tercatat 121 pemilih yang ada di Dusun Jomblang. Selama ini, menurutnya, tingkat partisipasinya cukup sedikit karena persoalan bentang alam. “Karena itu, kami bekerja sama dengan TNI/Polri untuk memfasilitasi perahu karet agar warga bisa memilih di TPS 08 Mlayang,” ucapnya.

Sementara itu, Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) 0702 Purbalingga Letnan Kolonel Dedi Safrudin mengatakan, selain tugas mengamankan, pihaknya juga melakukan pelayanan terhadap pemilih agar bisa menyalurkan suaranya. “Kami di sini berusaha membantu warga yang hendak memilih,” ucapnya.

Diakuinya, warga Dusun Jomblang butuh perahu untuk menyeberangkan mereka ke TPS 08 Mlayang, karena kondisi sungai saat ini tidak memungkinkan bagi warga menyeberang langsung. “Biasanya mereka menyeberang saja, tapi ketinggian airnya tidak seperti sekarang yang bisa mencapai dada orang dewasa. Karena itu, kami membantu mereka,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan