Purwokertokita.com – Kemarau panjang yang terjadi di Indonesia hingga Oktober 2015, semakin bertambah parah. Tak terkecuali di wilayah Banyumas, Jawa Tengah yang hingga kini jumlah wilayah terdampak kekeringan mencapai tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Prasetyo Budi mengemukakan total desa yang mengalami kekeringan hingga Oktober 2015 sudah mencapai 48 desa. “Padahal di tahun lalu, jumlahnya hanya sebanyak 14 desa. Jadi sekarang ini daerah kekeringan di wilayah Banyumas sudah meluas,” katanya, Selasa (20/10).
Dari data yang dimiliki BPBD Banyumas, kekeringan yang terjadi hampir merata. Namun, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyumas, Suyanto mengatakan ada beberapa daerah yang menjadi perhatian khusus pihaknya, lantaran kondisi saat penyaluran air bersih.
“Ada beberapa daerah yang sulit dijangkau karena medannya yang cukup sulit dan juga tidak adanya lagi sumber air yang bisa digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Ia merinci, wilayah tersebut meliputi Dusun Wanarata Desa Kalitapen, Desa Karangtalun yang berada di Kecamatan Purwojati. Kemudian, Desa Sawangan Kecamatan Ajibarang, Desa Kedungurang Kecamatan Gumelar, Desa Panusupan Kecamatan Patikraja, Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok, Desa Nusadadi Sumpiuh dan Desa Plangkapan Kecamatan Tambak.
Diakuinya, kendala yang dihadapi saat ini berupa minimnya kendaraan operasional yang dimiliki BPBD Banyumas untuk menyalurkan air. Akhirnya, jelasnya, penyaluran air bersih dilakukan siang dan malam. “Karena hanya ada dua truk tangki, kami menyalurkan air bersih
saat siang hari dan malam. Kalau siang kamu menyalurkannya sebanyak delapan kali, sedangkan di malam hari sebanyak lima kali,” ucapnya.
BPBD Banyumas hingga Oktober ini telah menyalurkan 725 tangki kepada warga di 48 desa yang berada di 17 kecamatan. Meski begitu, ia mengatakan alokasi anggaran dari APBD untuk penanggulangan bencana kekeringan tahun ini hanya bisa sampai bulan Oktober. “Dana yang dianggarkan dari APBD sebanyak Rp 250 juta untuk tahun ini, jumlah ini naik dibanding tahun lalu yang hanya Rp 200 juta,” ujarnya.
Saat ini, pihaknya berharap ada peran dari pegiat usaha yang ada di wilayah Banyumas untuk bisa meringankan beban warga yang terdampak kekeringan.
“Sebenarnya sudah ada bantuan penyaluran air bersih dari dunia usaha yang ada di Banyumas, seperti dari Dompet Dhuafa, Semen Bima, Biotakara, Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) dan beberapa pihak lain yang telah ikut menyalurkan air bersih. Meski begitu, masih perlu bantuan dari pihak lain untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga yang mengalami kekeringan,” jelasnya.
Uwin Chandra