Pemkab Banyumas Didesak Bangun Gedung Kesenian Dalam Setahun

Peristiwa312 Dilihat
Pekerja membongkar Gedung Kesenian Soetedja Purwokerto untuk perluasan area Pasar Manis, beberapa waktu lalu.
Pekerja membongkar Gedung Kesenian Soetedja Purwokerto untuk perluasan area Pasar Manis, beberapa waktu lalu.

Purwokertokita.com – Pemkab Banyumas hanya diberi batas waktu satu tahun untuk merealisasikan pembangunan gedung pengganti Gedung Kesenian Soetedja.

Desakan tersebut disampaikan, lantaran seniman tak lagi memiliki gedung yang representatif untuk kegiatan kesenian.

Pegiat komunitas Kiye Banyumas Art Event (BAE), Syaikhul Irfan menuturkan, perjalanan pembangunan gedung kesenian pengganti ini cukup berliku. Setelah dihembuskan sejak dua tahun lalu, hingga Gedung Kesenian Soetedja dibongkar, Pemkab belum merealisasikan rencana pembangunan.

“Bahkan, ukuran panggung teater mini di gedung baru yang akan dibangun tidak sesuai standar. Kami sudah lelah terus dibohongi dan tidak jelas realisasinya,” tegasnya.

Adapun bangunan pengganti Gedung Kesenian Soetedja yang didirikan di Jalan Pancurawis, Kelurahan Purwokerto Kidul, Kecamatan Purwokerto Selatan saat ini tengah memasuki pembangunan tahap kedua.

Bulan Agustus 2015 lalu, sejumlah seniman Banyumas, meminta Pemkab merevisi desain gedung yang tidak memenuhi standar. Selain itu, mereka juga menuntut gedung pengganti selesai dibangun pada tahun 2016.

Sementara itu, Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahtraan Rakyat (Asekbang Kesra) Setda Banyumas, Didi Rudwianto, meminta seniman bersabar. Hasil studi banding ke Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Galeri Nasional Jakarta pada , Jumat-Sabtu (2-3/10) lalu akan dipelajari bersama eksekutif, legislatif dan instansi terkait.

“Belajar dari bentuk gedung Taman Ismail Marzuki dan Galeri Nasional, membangun gedung tidaklah mudah. Gedung harus bisa memenuhi desain standar, lighting, akustik ruangan, ketinggian, jarak pandang, alur penonton,” ujarnya.

Didi menuturkan, gedung TIM memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Konstruksi dan desainnya pun bisa menjadi acuan untuk pembangunan gedung kesenian Soetedja.

Menariknya, beberapa peralatan di teater mini dengan desain black box seperti layar didatangkan dari Perancis. Demikian halnya dengan kursi penonton dan panggung yang bisa diubah sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Didi menambahkan, peralatan yang dipergunakan cukup mahal. Pemkab perlu menyusun rencana anggaran yang disepakati oleh semua pihak. Pemkab juga berkomitmen untuk melayani kebutuhan seniman.

“Membangun gedung kesenian itu tidak segampang yang dibayangkan. Tapi semua sudah dicatat oleh DCKKTR (Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang) untuk keperluannya. Itu perlu biaya tinggi, APBD Banyumas tidak mungkin difokuskan dalam waktu satu tahun saja,” ujarnya.

Masih menurut Didi, pembangunan gedung kesenian harus bisa menampung semua genre kesenian yang ada di Banyumas.

Sukmana Nugraha

Tinggalkan Balasan