Purwokertokita.com – Bagi sebagian pedagang asongan, pelarangan berjualan diatas kereta merupakan bencana paling besar yang harus dihadapi. Meskipun sempat “melawan” namun kebijakan keras yang diberlakukan oleh PT. KAI (kereta Api Indonesia) akhirnya memaksa mereka berhenti berjualan. Sebagian harus menghentikan kegiatan mengasong dan mulai berganti pekerjaan. Namun sebagian yang lain masih tetap bertahan, meskipun tidak dilakukan diatas kereta lagi.
Suyani misalnya yang masih tetap berjualan pecel lontong meskipun sekarang harus berkililing dari satu kantor ke kantor yang lain. “saya makan apa kalau tidak berjualan pecel, karena hanya ini yang bisa saya lakukan untuk bertahan hidup” ungkap wanita setengah baya ini. Suyani juga mengaku kalau jualan saat ini lebih melelahkan karena harus berkeliling lebih jauh, bebeda dengan saat masih ngasong di atas kereta. Dari sisi pendapatan juga jauh menurun, karena keuntungan berjualan di atas kereta jauh lebih banyak. Selain Suyani ternyata masih masih banyak pedagang asongan lain yang tetap bertahan. Bahkan ada beberapa pedagang pecel lontong yang rela berjualan hingga Ciamis dan Tasikmalaya.
Lain halnya dengan pedagang pecel yang masih berjualan, para pedagang minuman memilih untuk berhenti berjualan. Mereka lebih memilih bekerja di bidang lain daripada terus berdagang. Bandek misalnya, ia lebih memilih bekerja bangunan. “saya tadinya bingung mau kerja apa, setelah asongan dilarang berjualan, untungnya ada temen yang ngajak kerja banguan. Ya sudah saya terima saja daripada menganggur” pungkasnya.
Pedagang asongan adalah pelengkap sejarah kereta api di Indonesia. Mereka selalu ada dan banyak dibutuhkan oleh para penumpang. Meskipun ada beberapa yang memberikan cap negatif terhadap profesi ini, namum banyak penumpang kereta yang saat ini masih merindukan makanan dan minuman yang mereka jajakan. (Bow)