Kala Pelajar Merekam Pandemi

Peristiwa365 Dilihat
Konferensi pers CLC menjelang FFP 2020
Direktur CLC Purbalingga,Bowo Leksono, memberikan keterangan pers perihal Festival Film Purbalingga 2020 yang akan dibuka Sabtu (24/10/2020) di Kedai Pojok, Selasa (20/10/2020).Foto: Istimewa.

Festival Film Purbalingga 2020

Purwokertokita.com, Purbalingga – Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga membuktikan daya hidupnya tak serapuh gelas kaca. Di tengah kecamuk pandemi yang merontokkan segenap tatanan kebiasaan lama, komunitas pencinta film itu tak berhenti berkarya. Sebaliknya, mereka beradaptasi hingga sampai pada puncak eksistensinya, yaitu gelaran Festival Film Purbalingga (FFP).

Program utama FFP, yaitu Kompetisi Film Pelajar setingkat SMA se-Banyumas Raya, mengusung tema “Pandemi Covid-19”. Maka, film yang masuk baik kategori fiksi maupun dokumenter, semua berkisah tentang perspektif pelajar terhadap situasi pandemi.

“Diharapkan tema ini menjadi stimulus agar para pelajar bisa terus kreatif walaupun sedang dalam keterbatasan,” kata Drektur CLC Purbalingga, Bowo Leksono.

CLC secara resmi akan membuka FFP ke-14 tahun 2020 pada Sabtu malam (24/10/2020) di Bioskop Misbar Purbalingga kompleks Usman Janatin Purbalingga City Park Jalan Ahmad Yani Nomor 57 Purbalingga.

Sebagai bagian dari adaptasi, hajatan besar CLC ini mengalami sejumlah perubahan. Di antara perubahan itu antara lain seluruh rangkaian kegiatan berlangsung secara virtual melalui kanal YouTube Misbar Purbalingga.

Selain itu, waktu penyelenggaraan festival juga dibatasi sepekan, mulai tanggal 24-31 Oktober 2020. Waktu perencanaan yang biasanya dimulai Juli, mundur hingga Oktober.

Sejumlah program yang menghadirkan banyak warga terpaksa ditiadakan, seperti program Layar Tanjleb keliling desa se-Banyumas Raya (Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Kebumen) dan program Kompetisi Film Favorit SMA Pilihan Penonton.

Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, walaupun dihelat di tengah situasi pandemi, FFP sebagai program tahunan CLC Purbalingga tetap dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Sementara panitia membatasi penonton yang datang ke tempat pemutaran.

“Sedih memang jika FFP tahun ini tidak bertemu langsung penonton, utamanya masyarakat desa. Tapi bagaimana lagi, kami harus menyesuaikan,” kata Bowo saat jumpa pers di Kedai Pojok komplek Usman Janatin Purbalingga City Park, Selasa (20/10/2020).

Meskipun serba terbatas, namun pengelola FFP tetap berkomitmen memberikan tontonan yang menarik dan edukatif kepada masyarakat secara daring. Upaya menyuguhkan tontonan yang menarik diwujudkan dengan mengangkat tema yang aktual.
Pegiat FFP, Nur Muhammad Iskandar, menerima 14 film fiksi dan lima film dokumenter pelajar. Secara kuantitas, jumlah film yang didaftarkan turun. Namun dengan situasi saat ini, pelajar yang konsisten memproduksi film bisa dikatakan telah menang, setidaknya menang melawan keadaan.

Iskandar menambahkan, film-film kompetisi pelajar yang masuk meja panitia festival selanjutnya dikurasi dan hasilnya tujuh film fiksi dan lima film dokumenter. Film-film itu yang akan dipuar secara langsung di akun Youtube Misbar Purbalingga.

Program lain pada festival ini yaitu Pemutaran dan Diskusi film-film dari Asosiasi Dokumenteris Nusantara (ADN) Korda Banyumas Raya dan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) Kabupaten Purbalingga.

ADN adalah sebuah jejaring pembuat film dokumenter se-Indonesia. Nantinya diskusi ini akan mengusung tema “Rekam Pandemi”. Rekam Pandemi merupakan program bersama ADN yang bercerita tentang situasi pandemi di wilayah Indonesia.

Sedangkan GSMS adalah program yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan berkesenian di tingkat sekolah.

Selain itu, FFP tahun ini mengundang Fanny Chotimah dari Surakarta dan Bambang ‘Ipoenk’ KM dari Yogyakarta dalam program Focus On. Dalam program ini akan diputar film-film karya mereka dan dilanjutkan diskusi dengan peserta.

Nantinya kedua narasumber juga mengadakan lokakarya produksi film pelajar. Lokakarya ini diharapkan bisa menjadi media bagi para pelajar untuk menambah pengetahuan terkait produksi film.

Selain pentas seni, program berupa penghargaan Lintang Kemukus kepada seniman tradisi dan modern tetap dipertahankan. Penghargaan ini sebagai bentuk penghormatan para pegiat film di Banyumas Raya kepada para seniman pendahulunya.

Manajer FFP, Nanki Nirmanto, mengatakan penyelenggaraan festival secara daring dipusatkan di bioskop Misbar Purbalingga, gedung pemutaran film hibah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang sekarang berubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Ia berharap festival virtual ini bisa menjangkau lebih banyak penonton, sehingga semakin banyak yang bisa menikmati dan mengambil manfaatnya.

Tahun ini, FFP kembali bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Selain itu didukung juga oleh Banper Bekraf, pengelola Usman Janatin Purbalingga City Park, Braling Grand Hotel Purbalingga, Kedai Pojok, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), dan Tuka Tuku Purbalingga.(rad)

Tinggalkan Balasan