Drama “Jateng di Rumah Saja” di Panggung Bernama Purbalingga

Peristiwa231 Dilihat
Suasana Pasar Segamas Purbalingga pada hari kedua "Jateng di Rumah Saja", Minggu (7/2/2021).
Suasana Pasar Segamas Purbalingga pada hari kedua “Jateng di Rumah Saja”, Minggu (7/2/2021)./Foto: Rudolf

PURWOKERTOKITA.COM, PURBALINGGA – Supri (55) tersenyum bahagia. Hari ini, Minggu (7/2/2021), dua ekor ikan cupangnya laku ter jual. Dua ikan cupang ini adalah jenis cupang yang harganya terbilang mahal, Rp30 ribu per ekor.

“Alhamdulillah laku dua, dibeli Pak Roto, komandan Satpol PP,” kata dia.

Kegembiraan Supri bukan tampa alasan. Selama pandemi Covid-19, penjualannya terus menurun.

Jika pada masa normal ia bisa menjual 30 hingga 50 ekor ikan per hari. Sekarang bisa menjual 10 ekor saja sudah terbilang beruntung.

“Penjualan turun sampai 50 persen,” ujar dia.

Penurunan penjualan semakin menjadi ketika Pemkab Purbalingga menerapkan pembatasan ketat dalam rangka implementasi gerakan “Jateng di Rumah Saja”.

“Semakin sepi, turun lagi jadi 15 persen,” tuturnya.

Supri tak punya banyak pilihan menghadapi kebijakan pembatasan ini. Ia hanya bisa patuh, meskipun aturan ini tidak disertai sanksi.

“(Meskipun dua hari) Sebenarnya masalah, kalau untuk masalah perut. Tapi kalau tidak bagaimana lagi, yang namanya aturan ya kita ikuti, ya kita tinggal di mana,” ucapnya pasrah.

Ia mengaku hanya bisa mengambil hikmah dari kebijakan ini. Ia berharap kesulitan yang menimpa dia dan pedagang lain mendatangkan manfaat.

“Kami ambil hikmahnya saja, semoga korona cepat selesai,” tuturnya penuh harap.

Teguh (43), pedagang sembako pasar Segamas mengeluhkan pendapatannya turun hingga 50 persen sejak “Jateng di Rumah Saja” diterapkan.

“Kalau pagi masih ramai, tapi jumlahnya turun,” katanya.

Yang paling terasa menurutnya adalah harga sayuran yang melonjak tajam. Hal ini karena ketersediaan sayuran di pasar sangat terbatas.

Keterbatasan ketersediaansayuran karena tidakada pasokan yang masuk. Pemasok khawatir, ketika melintasi perbatasan bakal dicegat petugas jaga.

“Semua jeniss ayur naik, karena pemasok tidak memasok,” ujarnya.

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, mengatakan gerakan “Jateng di Rumah Saja” efektif menekan mobilisasi warga. Penurunan mobilisasi warga dinilai akan menekan laju kasus Covid-19 yang tak kunjung terkendali.

“Ini artinya masyarakat sadar luar biasa,” ucapnya di tengah pemantauan pasar Segamas.

Pemkab Purbalingga memang tidak menutup pasar secara total. Pemkab hanya membatasi jam operasi pasar hingga pukul 11.00 WIB.

Namun kebijakan ini kontraproduktif dengan kebijakan lain yang menganjurkan warga tetap di rumah. Satu sisi pedagang dibiarkan berjualan. Di sisi lain warga, yang notabene adalah pembeli, diimbau tetap di rumah.

 

Tinggalkan Balasan