Cerita Parinah, BMI yang Hilang Kontak 18 Tahun dan Berhasil Ditemukan

Peristiwa330 Dilihat
Parinah di tengah keluarga tercinta yang menunggu kepulangannya selama 18 tahun. (RS/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Tangis haru pecah, ketika Parinah, Buruh Migran Indonesia (BMI) yang hilang kontak selama 18 tahun pulang ke rumah anaknya di Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah.

Di rumah Sunarti (38), anak sulung Parinah, dia bersama keluarganya menunggu dengan kedatangan ibunya yang sudah sejak tahun 1999 pergi mengadu nasib bekerja ke luar negeri.

Awalnya Parinah bekerja di Arab Saudi, dari 1999-2001. Lantas, ia dibawa keluarga majikannya ke London, Inggris hingga 2018. Sejak saat itu, Parinah putus kontak dari keluarganya.

Menurut Sunarti, sejak dua tahun ibunya pergi, dia sudah tidak bisa bertukar kabar dengan ibunda tercintanya.

Namun tanpa disangka, sepucuk surat diterima oleh anak Parinah lainnya, Parsin (36), yang tinggal di Petarangan Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas. Parinah dan keluarganya, memang tercatat sebagai warga Petarangan.

Berdasarkan surat inilah, pada Februari 2018, anak-anak Parinah melapor ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Banyumas. Mereka kemudian diarahkan untuk membuat surat aduan ke Pos Pelayanan Pengaduan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) Cilacap.

Kemudian Parsin bersama anak lainnya, Nurhamdan, mengadu ke P4TKI Cilacap untuk meminta bantuan kepulangan ibunya.

Koordinator P4TKI Cilacap, Ervie Kusumasari mengatakan, dari surat yang dikirim Parinah kepada anaknya pada 6 Januari 2018, bisa diketahui bahwa Parinah tinggal di London, Inggris.

P4TKI lantas berkirim surat ke BP3TKI Jateng, BNP2TKI yang selanjutnya berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk pemulangan Parinah.

Ervie mengungkapkan, Parinah hilang kontak dengan keluarganya selama 18 tahun. Surat-surat balasan dari anak-anaknya disimpan oleh majikan dan tak pernah diberikan kepada Parinah.

“Semasa bekerja kepada majikannya, ia tak digaji. Parinah juga dilarang cuti. Namun, majikannya tak pernah melakukan kekerasan,” ujar Ervie.

Menurut Ervie, Kebutuhan hidup Parinah, seperti makanan selalu dipenuhi. Hanya saja, saat keluar rumah Parinah selalu dikawal oleh keluarga majikan. Parinah pun tak bisa berkirim surat ke keluarganya. Sampai akhirnya, Parinah bisa berkirim surat tanpa sepengetahuan majikannya.

Ketika tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Rabu malam, Parinah meminta diantar oleh petugas Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang, Banten ke rumah anak sulungnya, Sunarti di Nusawungu. Parinah tiba di rumah anaknya, Sunarti sekitar jam 09.20 WIB.

Sedangkan majikan Parinah, menurut Ervie, saat ini sudah ditahan dan menunggu persidangan. (RS/YS)

Tinggalkan Balasan