Purwokertokita.com – Sekitar dua bulan setelah peristiwa tanah longsor yang mengakibatkan puluhan rumah dan ratusan hektar lahan pertanian di Desa Clapar Kecamatan Madukara Banjarnegara berlalu, kini warga mulai gelisah lantaran tak kunjung selesainya jalan utama yang akan dibangun.
Akibatnya, warga Desa Clapar dan beberapa desa di Kecamatan Pagentan berinisiatif untuk menggunakan jalan utama yang terputus akibat longsor pada Maret 2016 silam.
Kesepakatan tersebut disetujui melalui musyawarah dengan wakil bupati Banjarnegara, kepala dinas pekerjaan umum, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), camat Madukara dan Pagentan beserta kepala desa se-Kecamatan Pagentan, beberapa waktu lalu.
“Intinya, kami berharap sebelum jalan yang direkomendasikan tim geologi ada, tolong jalan alternatif untuk warga segera dibangun. Karena selama ini, kami kesulitan akses,” kata Kepala Desa Clapar, Somad, beberapa waktu lalu.
Akibat lamanya pembangunan jalan alternatif yang direkomendasikan, warga terus alami kesulitan akses untuk kebutuhan ekonomi dan sosial. Somad mengemukakan, selama ini warga Clapar dan desa se-kecamatan Pagentan akhirnya berinisiatif membuat jalan alternatif yang bisa dilalui motor dan mobil.
“Setelah melalui musyawarah warga, rute jalan utama yang hancur dan putus menjadi pilihan alternatif, karena paling murah, dekat dan aman. Serta, untuk menghidupkan kembali jalur utama Banjarnegara-Pagentan melalui Clapar,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kayuares Kecamatan Pagentan, Kodam mengemukakan kebutuhan jalan sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Lantaran kebutuhan jalan, tidak saja hanya untuk kepentingan warga Desa Clapar, Madukara, maupun Pagentan dan sekitarnya, tetapi juga warga lain pengguna jalan ini.
“Sampai kapan jalan alternatif yang direkomendasikan Tim Geologi akan dikerjakan, juga tidak jelas waktunya. Kapan dimulai dan kapan selesainya. Karena ini soal kebutuhan orang banyak. Mau bagaimana lagi?” katanya.
Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan pemerintah daerah masih mengacu pada standar keamanan tim geologi. Namun diakuinya, pelaksanaannya tiga jalan alternatif sampai kini belum selesai pengananannya karena permasalahan yang timbul.
“Saya tidak bisa melarang apa yang dikerjakan warga. Meski begitu, saya berpesan pada warga untuk hati-hati dalam pembangunanya. Karena lokasi ini tidak direkomendasi, maka cermati betul kondisi sekitarnya. Apalagi, kalau sedang turun hujan deras,” katanya.
Ia juga berharap jalan tersebut, tidak menjadi jalan khusus. Namun, bisa digunakan bagi semua warga yang memang ingin memanfaatkannya. “Para Kades sudah sepakat pelaksanaan pembangunan jalan alternatif akan dilakukan secara gotong royong dan pembiayaannya swadaya warga,” katanya.