Banyumas Butuh 145 Kantong Darah Setiap Hari

Peristiwa700 Dilihat
gambar ilustrasi pixabay.com
gambar ilustrasi pixabay.com

Purwokertokita.com – Kebutuhan darah di Kabupaten Banyumas mencapai 145 kantong setiap harinya. Hal ini membuat peran penggerak dan koordinator donor darah sukarela sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan darah di Banyumas.

“Kebutuhan darah di Banyumas setiap hari mencapai 145 kantong untuk 14 rumah sakit di Banyumas, belum lagi kebutuhan rumah sakit di luar Banyumas,” ungkap dr. Widodo H, ketua PMI Kabupaten Banyumas periode 2010 – 2015. Saat memberikan sambutan pada acara Temu Silaturahmi Penggerak Donor Darah Sukarela, kamis (25/02), di aula Bakorwil III.

Kebutuhan darah ini meningkat hingga 150 kantong lebih setiap hari saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah di Banyumas. “Satu hari butuh sampai 150 kantong darah saat terjadi KLB demam berdarah,” tambah Widodo.

Widodo juga menjelaskan tentang kebijakan PMI Kabupaten Banyumas bagi masyarakat pemilik golongan darah AB yang dijadikan sebagai bank darah berjalan. Alasannya stok darah dengan golongan AB cukup sedikit di Banyumas.

“Pernah ada satu pasien demam berdarah di Banyumas membutuhkan hingga 17 kantong, sementara golongan darahnya AB dan di Banyumas itu cukup sedikit. Karena itu untuk pemilik golongan darah AB, kita arahkan untuk menjadi bank darah berjalan. Saat dibutuhkan sewaktu-waktu bisa kita mintai bantuannya untuk menyumbangkan darah,” ujar Widodo.

Kebutuhan darah yang cukup besar di Banyumas, membutuhkan kepedulian masyarakat untuk mau menjadi donor darah sukarela. Wakil Bupati Banyumas, dr. Budi Setiawan mengajak masyarakat Banyumas untuk lebih berperan aktif menjadi donor darah sukarela dan penggerak donor darah sukarela.

“Dalam kondisi seperti sekarang ini saat terjadi kejadian luar biasa demam berdarah. Peran penggerak dan koordinator donor darah sukarela sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan darah di Banyumas,” ungkap Budi.

Budi juga menyayangkan pemahaman sebagian masyarakat yang masih keliru, beranggapan bahwa darah yang dikelola oleh PMI diperjual-belikan.

“Masyarakat selama ini banyak yg belum paham, saat datang ke PMI anggapannya akan membeli darah. Padahal ini keliru dan masyarakat harus diberitahu, bahwa untuk pengambilan darah di PMI hanya mengganti biaya pengolahan darah,” ujar Budi.

Tinggalkan Balasan