BANYUMAS – Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas berupaya membuang citra kata keminggris pada salah satu even andalannya, Banyumas Extravaganza. Setelah menjadi perdebatan bertahun-tahun, akhirnya nama Banyumas Wera resmi menggantikan tagline ajang tersebut.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, nama tersebut dipilih setelah melalui sejumlah pertimbangan serta dialog dengan berbagai pihak. Tagline baru ini dianggap lebih mewakili “rasa” Banyumas.
“Wera itu artinya “bagus”, bisa juga indah atau elok. Wera pisan loh
,” ujarnya, ketika dikonfirmasi, awal November 2019 silam.
Menurut Asis, kata wera
ini cukup unik. Sebab sangat jarang dipakai dalam pergaulan sehari-hari.
Meski mengalami perubahan nama, even tersebut tidak mengalami perubahan konsep secara mendasar. Hanya saja, pada penyelenggaraan tahun ini, lebih menekankan pada pelibatan seniman dalam karnaval jalanan tersebut.
“Untuk penyelenggaraannya 15 Desember 2019 mendatang. Konsepnya tidak banyak berubah. Tahun depan dipersiapkan lebih matang,” jelasnya.
Menurut pemerhati budaya dan pariwisata, Bambang Widodo mengatakan, perubahan nama ini menjadi jawaban dari kritikan masyarakat terkait nama even. Menurutnya, Banyumas Extravaganza kerap dikritik terlalu “keminggris”.
Kritik lainnya, sebagian masyarakat menganggap even ini mengekor festival di daerah lain. Padahal jika diperhatikan, ada unsur pembeda yaitu pelibatan pelajar dan kelompok kesenian sebagai peserta pawai.
“Banyumas Wera berbeda dengan karnaval di Solo atau Banyuwangi. Pawai kostumnya itu batik. Jadi ada unsur pemberdayaan perajin batik Banyumasan,” ujar salah satu penggagas Banyumas Extravaganza ini.
Lain halnya dengan seniman Banyumas, Bambang Wadhoro. Menurutnya, kata ‘wera’ dalam bahasa Jawa dialek Banyumas bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti luas atau pemandangan yang tak terhalang. Dia mengaku tak mengetahui asal muasal tafsir kata wera yang berarti bagus atau elok.
“Wera dalam dialek Banyumas memiliki arti berbeda dengan wera bahasa Jawa dialek wetanan. Wera itu pemandangan yang tidak ada penghalangnya, atau luas, langka apa-apane (tidak ada apa-apanya),” katanya, baru-baru ini.
Sementara itu, pada Kamus Dialek Banyumas yang disusun budayawan Ahmad Tohari terbitan Yayasan Swarahati Banyumas, kata wera memiliki makna luas atau pemandangan tak terhalang.
Meski demikian, Badhor, panggilan pegiat Teater Tubuh ini, mengusulkan perubahan nama untuk menggantikan Banyumas Extravaganza. Menurutnya, kata muncar lebih tepat untuk penggunaan tagline even wisata tersebut.
“Muncar diambil dari singkatan mukti kuncara. Mukti berarti luhur, dan kuncara berarti kondang atau terkenal. Muncar dalam bahasa Jawa kuno berarti berkilauan atau memancar. Jadi lengkapnya, Gelar Budaya Banyumas Muncar,” jelasnya. (NS)