Festival “Perawan Kondang” Bakal Sajikan Ragam Keunikan Desa Nusadadi

Wisata311 Dilihat
Warga Desa Nusadadi bergotong-royong menyiapkan Pasar Daonan yang akan menjadi salah satu sajian pada pagelaran Festival Perawan Kondang, Sabtu 22 Desember mendatang. (NS/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Memiliki wilayah yang berada pada satu meter di bawah permukaan laut, menjadikan masyarakat Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas lebih akrab dengan luapan air ketika musim hujan tiba. Desa ini pun identik dengan rawa dan hutan nipah yang mudah dijumpai di sudut-sudut desa.

Dikenal sebagai kawasan rawan banjir, menjadikan Desa Nusadadi memiliki keunikan tersendiri. Beberapa ekor buaya kerap muncul di rawa maupun sungai di sekitar desa. Masyarakat hidup berdampingan dengan buaya.

Di sisi lain, olahan kuliner dari Desa Nusadadi memiliki keistimewaan yang tidak bisa ditemukan di daerah lain. Petani dan perajin setempat membuat makanan olahan dari gula nipah, kerang dan kerupuk ikan kating. Bahkan, gula nipah yang memiliki rasa asin ini sudah pernah dipasarkan hingga ke Bali dan DI Yogyakarta.

Kepala Desa Nusadadi, Ngalimin mengatakan, keunikan-keunikan dari desanya inilah yang akan coba disuguhkan kepada pengunjung pada Festival Pesona Rawa Menawan dan Keroncong Berdendang yang disingkat “Perawan Kondang”, Rabu 22 Desember mendatang.

Harmonisnya hubungan manusia dan reptil di Nusadadi juga akan diwujudkan dalam Karnaval Pakan Buaya di Sungai Gatel. Warga akan melepas dua ekor enthog (itik) sebagai simbolisasi pada acara festival.

Menurut Ngalimin, festival yang digarap bersama dengan Aliansi Pariwisata Banyumas (APB) dan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas ini, akan menyuguhkan karnaval pakan buaya, panggung hiburan keroncong yang berkolaborasi dengan musik rock, pasar daonan yang menyajikan kuliner khas Nusadadi dan ragam kegiatan lainnya yang menarik.

“Kami dibantu musikus keroncong dan band rock dari Purwokerto. Tapi kami juga tetap menampilkan kesenian lokal seperti Dayakan dan Kentongan,” kata Ngalimin ketika dihubungi Purwokertokita.com, Rabu (19/12).

Desa Nusadadi memang menjadi gudangnya pelaku seni, Aji Joko Priono (22), salah satu warga Nusadadi menyebutkan, desanya memiliki grup kentongan, ebeg, aksimuda, hingga seni dayakan. Ada pula ritus seperti “baritan” yang digelar sebagai wujud rasa syukur sebelum memulai musim tanam.

Aji menambahkan, di Desa Nusadadi daun pohon nipah juga diolah menjadi kerajinan welit oleh warga. Ada juga beras hitam yang berasal dari padi yang tumbuh di tanah yang berada pada satu meter di bawah permukaan laut.

“Kami juga berinisiatif membuat Pasar Daonan, yang dikembangkan dari konsep pasar digital yang sedang menjadi tren wisata saat ini. Memang belum sempurna, tapi kami siap meluncurkannya berbarengan dengan festival,” tambah Aji.

Sementara itu, pegiat Aliansi Pariwisata Banyumas (APB), Sopan Sunarofat mengatakan, untuk menggarap sektor wisata membutuhkan kreativitas gagasan dan pengemasan. Setiap elemen masyarakat harus bahu-membahu menggarap wisata.

“Tinggal dikemas dengan menarik sebenarnya, lalu dipromosikan sesuai dengan aktivitas apa yang ditawarkan,” ujarnya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan