Sejumlah Daerah di Selatan Jawa Tengah Dilanda Bencana Longsor dan Banjir

Lingkungan, Peristiwa294 Dilihat
Luapan Sungai Pelimpahan di Desa Patimuan Kecamatan Patimuan Cilacap Jawa Tengah menyebabkan arus lalu lintas dari dan menuju Cilacap ke Pangandaran terputus. (Istimewa).
Luapan Sungai Pelimpahan di Desa Patimuan Kecamatan Patimuan Cilacap Jawa Tengah menyebabkan arus lalu lintas dari dan menuju Cilacap ke Pangandaran terputus. (Istimewa).

Purwokertokita.com – Hujan deras yang mengguyur wilayah selatan Jawa Tengah mengakibatkan sejumlah daerah di Cilacap dan Banyumas dilanda bencana longsor dan banjir. Bahkan, ruas jalan yang menghubungkan wilayah Cilacap Jawa Tengah dengan Pangandaran Jawa Barat terputus.

Dari informasi yang diterima Purwokertokita.com, antrean panjang kendaraan terjadi di ruas jalan penghubung Cilacap-Pangandaran, tepatnya di Desa Patimuan Kecamatan Patimuan Cilacap. Kendaraan tidak bisa melintas, lantaran mendekati Jembatan Sungai Pelimpahan tergenang banjir hingga mendekati dua meter. “Jalan menuju Pangandaran atau sebaliknya putus dan tidak bisa dilalui. Tadi ada kendaraan yang nekat terobos, malah terjebak di tengah banjir,” ujar Kepala Desa Patimuan, Icuk Sudiarto, Jumat (17/9) malam.

Ia mengemukakan kejadian tersebut terjadi sejak pukul 13.00 WIB akibat jebolnya tanggul Sungai Pelimpahan yang merupakan anak Sungai Citanduy. Menurut Icuk, hujan yang turun di sekitar Cilacap hanya terjadi pada Jumat malam. “Tetapi, ini kayanya seperti banjir kiriman dari kawasan Ciamis, Tasikmalaya dan Banjar, karena di sana tadi pagi katanya hujan deras,” ucapnya.

Saat ini, warga bersama aparat lainnya berusaha mengurangi dampak luapan air tersebut dengan membuat tanggul darurat dari kantung plastik diisi pasir. “Efeknya berkurang sedikit, tetapi ini sedang kami usahakan. Tadi sudah turun tim dari BPBD Cilacap untuk penanganan banjir,” ujarnya.

Selain di Patimuan, banjir juga melanda sejumlah wilayah di Cilacap sejak pagi. Beberapa daerah yang dilalui aliran Sungai Citanduy, terkena imbas hujan yang turun semalaman. Banjir menahun menjadi rutinitas bencana bagi warga yang tinggal di wilayah cekungan. Seorang warga yang tinggal di Sidareja, Akhmad Fadli (35) mengatakan banjir kembali terjadi di beberapa wilayah Kecamatan Sidareja seperti di Desa Gunungreja, Sidareja, dan Sidamulya.

“Ketinggian air berkisar satu meter hingga 50 centimer dan merendam rumah warga. Selain Sidareja, beberapa kecamatan lain juga mengalami banjir menahun,” ujarnya.

Pun Kepala BPBD Cilacap Tri Komara menjelaskan kejadian banjir juga terjadi di Desa Purwasari Kecamatan Wanareja akibat jebolnya tanggul Sungai Citanduy di wilayah tersebut sepanjang 40 meter. “Akibat jebolnya tanggul di Sungai Citanduy, banyak halaman rumah yang tergenang hingga ketinggian 30 centimeter,” ujarnya.

Pun bencana longsor terjadi di Desa Bantar Kecamatan Wanareja sekitar pukul 03.30 WIB hingga menimpa salah satu rumah warga setempat. Selain itu, dari Desa Madura Kecamatan Wanareja, dikabarkan terjadi bencana longsor sepanjang tujuh meter dengan ketinggian 2,5 meter hingga merusak sebagian bangunan rumah warga yang tinggal di dekat longsoran.

Tak hanya di Cilacap, bencana juga melanda wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Akibat hujan deras yang mengguyur kawasan Sumpiuh pada Jumat (16/9) sore, wilayah permukiman warga di Desa Karanggedang dilanda banjir bandang. Akibat kejadian tersebut, sedikitnya 76 rumah warga terrendam air hingga ketinggian 40 centimeter.

Kepala Desa (Kades) Karanggedang, Andri Kusmayadi mengatakan bencana tersebut disebabkan meluapnya air dari Sungai Reja. Peristiwa tersebut terjadi sejak Sabtu (17/9) dini hari.  Ia mengemukakan, banjir yang terjadi cukup deras dan mencapai puncaknya sekitar pukul 00.00 hingga 03.00 dini hari.

Andri mengatakan, biasanya jelang musim hujan, warga melakukan kerja bakti untuk meninggikan tanggul menggunakan kantong pasir. Namun saat ini, aktivitas tersebut urung dijalankan lantaran ada proyek revitalisasi Sungai Reja yang dilakukan sejak tahun ini. “Pengerjaan proyeknya menggunakan alat berat, jadinya kita tidak membuat tanggul karena takut menghalangi keluar masuknya kendaraan proyek,” ujarnya.

Tak hanya itu, perjalan kereta api juga mengalami keterlambatan karena adanya bencana longsor di daerah Kecamatan Kadipaten Tasikmalaya Jawa Barat. Dari data yang dirilis Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (KAI Daop) 5 Purwokerto, keterlambatan terjadi hingga 400 menit.

Manajer Humas PT KAI Daop 5 Purwokerto, Ixfan Hendriwintoko menjelaskan ada dua rangkaian kereta api yang terlambat sampai di Stasiun Purwokerto. “Dua rangkaian KA yang terpantau telat, yakni KA Kutojaya Selatan dan KA Serayu,” ujarnya.

Ixfan mengemukakan kedatangan KA Kutojaya Selatan telat hingga 409 menit, sedangkan KA Serayu terpantau telat 224 menit. Ia mengemukakan, kedatangan kereta tersebut terhambat karena jalur kereta di Kadipaten, tepatnya di kilometer 238 tertimbun longsor pada Sabtu (17/9) dini hari.

“Namun, jalur sudah mulai bisa dilalui sejak pukul 04.45 WIB. Meski begitu, kecepatan KA masih dibatasi dengan kecapatan maksimal 5 kilometer per jam,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan