Purwokertokita.com – Komandan Banser Banyumas, Slamet Ibnu Ansori mengatakan secara resmi pihaknya tidak menghadiri rapat Koalisi Ormas Banyumas, Benteng Nusantara, untuk mensikapi kedatangan Habib Rizieq di Banyumas 23 Februari nanti.
“Karena kami secara resmi tidak mengutus delegasi untuk menghadiri rapat Benteng Nusantara, apa pun produk yang dihasilkan kami tidak ikut. Itu bukan merupakan produk Banser Banyumas,” katanya melalui sambungan telepon, Ahad (21/2).
Banser Banyumas, kata dia, tetap mengedepankan kondusifitas Banyumas secara luas. Soal aksi dan tindakan represi, kata dia, bukan bagian dari strategi Banser Banyumas.
“Yang jelas kondusifitas tetap harus dijaga. Kalau sekedar kedatangan Habib Rizieq tanpa simbol-simbol FPI, kami tidak keberatan,” ujarnya.
Soal pencatutan logo Banser dan sejumlah Ormas dalam naungan NU Banyumas Ibnu mengungkap bahwa dia hanya ingin mengklarifikasi secara internal. “Mungkin tidak sejauh itu. Kami tidak terlibat dalam produk yang dihasilkan dalam rapat mensikapi kedatang habib Rizeq,” tukasnya.
Barisan Serbaguna (Banser) Banyumas menyatakan tetap menolak deklarasi dan simbol-simbol FPI.
“Kami ini kan dibawah naungan NU. Jadi sikap resmi kami sesuai dengan petunjuk Syuriah Pengurus Cabang (PC) NU Banyumas. Dalam hal ini, kami menolak deklarasi FPI,” ujar Komandan Banser Banyumas, Slamet Ibnu Ansori, Ahad (21/2).
Kendati demikian, Slamet Ibnu mengakui ada beberapa kesamaan antara Banteng Nusantara dengan Banser Banyumas.
“Kami sama-sama menolak deklarasi Front Pembela Islam (FPI) Banyumas. Namun dalam strategi, kami beda dengan Benteng Nusantara,” tegasnya.
Namun, dalam kerangka ukhuwah islamiyah, Banser Banyumas menerima kehadiran Rizieq Shihab dalam safari dan pengajian Rizieq Shihab di Cilongok.
Soal pengerahan massa FPI dari sejumlah daerah yang kemungkinan terjadi Ibnu berujar bahwa itu bukan kewenangan Banser.
“Itu Kewenangan aparat penegak hukum dan keamanan,” jelasnya.