Purwokertokita.com – Puluhan aktivis lingkungan Cilacap, Jawa Tengah menggelar aksi damai memprotes penambangan kapur oleh Pabrik Semen Holcim. Mereka menuntut supaya penambangan kapur segera dihentikan.
“Menuntut agar ekploitasi dihentikan karena merusak ekosistem yang ada,” kata Koordinator Lapangan, Muhamad Yahya, Kamis (4/2).
Yahya mengungkap dalam sehari pabrik semen holcim mengeruk setidaknya 24 ribu ton kapur. Dalam jangka 20 tahun, sesuai kontrak penambangan, Pulau Nusakambangan akan habis ditambang.
“Bisa dibayangkan kalau selama 20 tahun, Nusakambangan akan habis,” ujar mahasiswa yang tergabung dalam Institut Imam Ghozali Pecinta alam (Ighopala) ini.
Yahya meminta, Kalau pun tidak bisa dihentikan dalam waktu dekat, aktivis lingkungan meminta pemerintah melokalisir pengerukan kapur di wilayah tertentu untuk mengurangi dampak kerusakan yang lebih luas.
“Menuntut kepada pemerintah untuk mengurangi ekploitasi oleh pihak Holcim terhadap Pulau Nusakambangan. Nantinya, di situ, bahwasanya ada lokalisasi pengerukan kapur di Pulau Nusakambangan,” tegasnya.
Yahya menjelaskan, eksploitasi berlebihan batuan kapur di Nusakambangan merusak ekosistem yang ada. Sejumlah hewan dilindungi punah atau terancam punah, lantaranan eksploitasi berlebihan pada habitatnya.
Yahya menambahkan, bagi Cilacap Pulau Nusakambangan merupakan benteng dari kemungkinan bencana tsunami. Dia mengungkap, pada tahun 2006, saat terjadi bencana tsunami Pangandaran, Cilacap juga menjadi wilayah terdampak. Namun, wilayah kota terselamatkan karena ada Pulau Nusakambangan. Jika perbukitan kapur Nusakambangan habis dikeruk, maka Tsunami akan menerjang Kota Cilacap secara langsung.
“berada di Lempeng Australia dan juga Lempeng Samudera Hindia yang berpotensi amat besar untuk terjadinya gempa bumi dan bencana tsunami. Lihat di peta, bahwasanya Pulau Nusakambangan merupakan benteng bagi Cilacap dan sekitarnya,” kata Yahya.
Diketahui, hewan yang kini sudah punah di Nusakambangan adalah banten jawa. Padahal, pada tahun 1980-an, puluhan banteng jawa liar masih hidup di Pulau Nusakambangan. Sedangkan yang terancam adalah rusa dan elang jawa.