Purwokertokita.com – Misa Pentahbisan Uskup baru Purwokerto, Monsinyur (Mgr) Christophorus Tri Harsono Pr di Graha Widyatama, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Selasa (16/10) menjadi catatan sejarah yang cukup unik. Pasalnya, pemimpin umat Katolik di wilayah Jawa Tengah Barat dan Selatan yang baru terpilih ini sangat fasih berbahasa Arab dan Italia.
Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr Piero Pioppo yang mewakili Paus Fansiskus memulai upacara dengan membacakan surat penunjukan Tahta Suci Vatikan kepada Mgr Tri Harsono. Setelah itu, tahbisan dipimpin oleh Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko, Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur dan Uskup Malang Mgr Henricus Pidyarto Gunawan.
Saat memasuki puncak prosesi, 35 uskup dari seluruh wilayah Indonesia yang hadir melakukan penumpangan tangan. Prosesi ini merupakan salah satu bagian penting dalam pentahbisan uskup karena merupakan simbol pemberkatan, pencurahan Roh Kudus, dan bentuk penyatuan uskup baru dalam kolegialitas para uskup.
Dari sejumlah sumber, Mgr Tri Harsono, dikenal oleh kalangan gereja Katolik sebagai Islamolog. Pria kelahiran 18 Januari 1966 ini sangat fasih berbahasa Arab dan dekat dengan pemuka agama lain. Dia pernah menjabat sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor sebelum dipilih dan diangkat oleh Paus Fransiskus di Roma tanggal 14 Juli 2018 untuk menggantikan Mgr Julianus Sunarka SJ yang telah mengundurkan diri karena pensiun pada akhir tahun 2016.
Mgr Piero Pioppo mengatakan, hadirnya Uskup Purwokerto diharapkan mendatangkan sukacita dan kedamaian kepada umat Katolik. Maka, umat diminta untuk mengasihi dan menghormati Uskup yang baru. “Jika Anda (umat) mengasihi Uskup seperti halnya mengasihi gereja, Anda menghormati Allah. Harapannya, kedamaian semua umat manusia akan terwujud,” kata dia.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI, Eusabius Binsasi yang turut hadir mengatakan, umat Katolik Keuskupan Purwokerto adalah warga gereja sekaligus warga Negara Indonesia, seperti ucapan Uskup pribumi pertama Indonesia yaitu “100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia”. Sebagai warga negara, patut merasa bersyukur atas berkat bimbingan Tuhan dan pemerintah atas pembangunan yang terus berjalan.
“Rasa syukur itu harus dibarengi dengan doa untuk bangsa dan negara karena akhir-akhir ini Indonesia mengalami berbagai kesulitan. Persoalan itu, antara lain masalah radikalisme, terorisme, narkoba, berita-berita bohong dan hoaks, yang meresahkan,” ujarnya.
Usai ditahbiskan, Uskup Purwokerto, Mgr Tri Harsono mengaku tak pernah bercita-cita menjadi Uskup. Ia juga mengaku, selama 24 tahun menjadi pastor, baru kali ini gemetaran saat berpidato di hadapan umat.
“Terpilih sebagai uskup bukan dengan cara mengajukan diri. Tapi ini untuk pelayanan, bukan sekadar jabatan. Jadi Uskup itu tidak enak, harus memberi contoh (perilaku) yang baik,” kata dia.
Mgr Tri mengapresiasi kehadiran Ketua Badan Sosial Lintas Agama Bogor, Ustad KH Zainal Abidin. Sebab, meski beragama Islam, agamawan ini hadir sejak awal upacara hingga berakhir. “Kiai Haji Zainal Abidin, saya minta maaf,” ujarnya.
Dia menekankan kepada umat Katolik, untuk menjadi orang yang setia kepada gereja dan negara. Sebab, keimanan dan tindakan seseorang bukan ditentukan oleh konsep tentang Tuhannya, melainkan dari setiap perbuatan.
Rangkaian upacara tahbisan ini ditutup dengan misa perdana Mgr Tri Harsono sebagai Uskup Keuskupan Purwokerto di Gereja Katedral Kristus Raja, Rabu (17/10) petang. Kegiatan dilanjutkan dengan pesta rakyat “Kenduren Ageng Jumenengan Uskup Purwokerto”. Dalam pesta rakyat tersebut, akan disajikan pergelaran wayang kulit “gagrag” Banyumas dengan lakon “Mbangun Amarta” oleh dalang Ki Kukuh Bayu Aji di Paschalis Hall. (NS-)