Ternyata Kotoran Sapi Dapat Menimbulkan Kerusakan Lapisan Ozon

Lingkungan201 Dilihat
gambar ilustrasi pixabay.com

Purwokertokita.com – Kotoran ternak ruminansia seperti sapi, kambing, kerbau dan domba yang menghasilkan gas methan ternyata dapat menimbulkan kerusakan lapisan ozon 21 kali lipat dibandingkan karbondioksida (CO2).

Prof Dr Caribu Hadi Prayitno, guru besar di bidang ilmu bahan makanan ternak Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang baru dikukuhkan mengungkapkan, dengan jumlah populasi ternak ruminansia di Indonesia, gas methan yang disumbangkan diperkirakan sebesar 1.421.000,74 ton gas CH4.

“Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2017 menunjukkan bahwa populasi sapi potong mencapai 16.004.000 ekor, sapi perah 534.000 ekor, kerbau 1.356.000 ekor, kambing 17.847.000 ekor, dan domba 15.717 ekor. Dengan jumlah populasi ini, gas methan yang disumbangkan diperkirakan sebesar 1.421.000,74 ton gas CH4,” ujarnya dalam Sidang Terbuka Senat Unsoed di Gedung Soemardjito, Selasa (30/1).

Menurut Caribu yang baru dikukuhkan bersama dengan guru besar ilmu fisika material, Prof Dr Ing R Wahyu Widanarto, energi yang dibutuhkan untuk membuat 1 mol CH4 sebesar 130 Kilo Joule. Dengan demikian, potensi energi panas yang dihasilkan ternak itu terbuang percuma dalam bentuk kotoran.

“Para ahli sudah berupaya mengurangi emisi gas methan ternak ruminansia. Baik melalui penambahan bahan kimia, antibiotik, atau lainnya untuk menekan bakteri pembuat gas methan (methanogen). Akan tetapi, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat dan komisi kesehatan Eropa melarang penggunaan bahan kimia maupun antibiotik pada ternak,” katanya.

Menanggapi persoalan ini, Caribu menjelaskan, para ahli mulai mencoba suplemen penekan methanogen dengan menggunakan bahan-bahan alami. Beberapa peneliti telah menggunakan ekstrak tanaman bawang untuk menekan methanogen ataupun menekan protozoa karena sekitar 25-37 persen methanogen bersimbiosis dengan protozoa.

“Namun, hasilnya hanya dapat menekan emisi gas methan sekitar 45 persen sehingga masih ada sekitar 55 persen gas methan yang menguap ke udara. Karena kurang efektif, tahun 2015-2017 kami melakukan upaya menekan emisi gas methan dengan menggabungkan penekan methanogen (methan inhibitor) dan pengurangan jumlah protozoa (defaunasi) serta ditambah mineral,” jelasnya.

Menurut Caribu, gabungan antara agen methan inhibitor, agen defaunasi, serta mineral seperti selenium, chromium dan seng, mampu menurunkan gas methan mendekati 90 persen dan produksi susu naik hampir 40 persen.

“Selain itu, pertambahan bobot badan sapi menjadi 1,51 kilogram per hari atau naik hampir 60 persen,” tambahnya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan