Imam Widhiono, Sang Profesor Serangga

Peristiwa284 Dilihat
Prof Dr rer nat Imam Widhiono MZ MS (ns/purwokertokita)

Purwokertokita.com – Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mengukuhkan Dr rer nat Imam Widhiono MZ MS, sebagai guru besar bidang Entomologi pada Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Jabatan Profesor, di Gedung Soemardjito, Jumat (26/10). Dalam orasi ilmiahnya, Dekan Fakultas Biologi itu menyampaikan penelitian tentang rekayasa ekosistem pertanian yang memanfaatkan jenis serangga lebah madu.

Profesor serangga ini mengatakan, serangga penyerbuk itu merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan produksi pertanian khususnya tanaman-tanaman penghasil buah seperti stroberi, kacang panjang, dan kecipir dimana proses menghasilkan buahnya membutuhkan serangga penyerbuk.

“Saya membuat model rekayasa ekosistem tersebut agar dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh para petani,” ujarnya.

Dia menerangkan, hasil penelitiannya selama sembilan tahun sejak tahun 2009 dilakukan di daerah dataran tinggi tepatnya di desa Serang, Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga yang terkenal dengan penghasil stroberi.

Penelitian itu menyimpulkan terjadi peningkatan produksi dan mutu buah untuk stroberi kemudian buncis, tomat dan cabai. Keberhasilan tersebut membuatnya membuat model pemanfaatan serangga penyerbuk dengan metode yang sederhana dan murah.

Konsep ini merupakan metode yang baru di seluruh dunia. Pertama kali dikembangkan di beberapa negara Eropa tahun 90 an dengan nama ”Agri-Enviromental Scheme (AES)”.

Menurut Imam, rekayasa ekosistem yang ditemukan dan mudah diterapkan yaitu menyediakan lahan untuk tumbuhan liar berbunga dengan cara tidak melakukan penyemprotan herbisida di luar lahan pertanian serta membiarkan batasan lahan dan tepian jalan untuk ditumbuhi tumbuhan liar berbunga.

”Keberhasilan penerapan model rekayasa ekosistem sangat bergantung kepada peran petani dan dinas pertanian tanaman pangan, karena tidak akan berhasil jika dilakukan secara individu tetapi harus dilakukan secara komunal.

Dari rekayasa ekosistem ini, ada peningkatan yang mencapai 16 sampai 19 persen untuk produksi, belum lagi kualitas seperti bentuk buah, panjang buah, dan isi buahnya terjadi perubahan yang signifikan.

”Saya sudah pernah mencoba di beberapa tempat jadi di Serang, di Sumbang dan di Cilongok ternyata hasilnya mantap”, ujar Profesor Unsoed ke-66 dan Profesor Fakultas Biologi ke-14 itu.

Meskipun berhasil, Prof Imam berencana terus melakukan penelitian terhadap rekayasa ekosistem itu.

Sejak lulus dari Fakultas Biologi Unsoed dia meminati bidang entomologi. Imam melanjutkan minatnya saat menyelesaikan pendidikan Pascasarjana di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Georg August Goettingen Jerman yang diseleksaikan dengan predikat cum laude. Ia aktif mengajar sebagai dosen Magister Ilmu Biologi dan Fakultas Biologi pada mata kuliah Entomologi, Entomologi Terapan, Biologi Populasi, Konservasi Sumber Daya Hayati dan Biodiversitas Serangga. (NS)

Tinggalkan Balasan