Purwokertokita.com – Camille Danivet, mahasiswi dari Prancis kaget ketika menerima besek yang diberikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo usai acara resik-resik Kali Kuning di Kabupaten Klaten, Rabu (24/10).
Camille tidak tahu, kalau besek (anyaman bambu berbentuk segi empat) yang diberikan oleh Ganjar berisi makanan untuk santap siang.
“Ini besek, silakan dimakan,” kata Ganjar kepada Camille di sela acara yang merupakan rangkaian apel Siaga Penyuluh Kehutanan dan Bersih Sungai Tahun 2018 di Klaten tersebut.
Pada acara ini, sajian santap siang bagi ribuan peserta memang disiapkan di besek, bukan kardus seperti lazimnya.
Karena belum tahu, setelah menerima pemberian Ganjar, Camille nampak memutar-mutar dan membolak-balik besek. Melihat Camille kebingungan, Ganjar langsung membuka besek bagian penutup.
“Wao. Mestinya setiap pertemuan menggunakan ini untuk konsumsi. Sangat alami. Ini ide sempurna,” kata Camille.
Camille (23) adalah volunteer lingkungan dari Marseille University. Sudah dua Minggu ini dia mempelajari lingkungan, budaya dan masyarakat Jawa Tengah, sesuai bidang yang tengah dia geluti, yakni antropologi.
“Saya ingin bawa pulang besek ini ke Prancis. Saya Masih dua bulan di Indonesia. Setelah di Jawa Tengah, akan keliling ke Yogyakarta, Malang dan Bali,” katanya.
Meski kagum dengan hasil budaya Jawa, tapi Camille tidak menutup mata ada kelemahan besar pada masyarakatnya. Terlebih saat dia mengikuti gerakan resik-resik Kali Kuning bersama ribuan masyarakat Klaten, penyuluh kehutanan dan pecinta alam.
“Kaget melihat sampah yang sangat banyak di sungai. Kalau ini dilakukan 10 bulan intens dengan personel segini, persoalan sampah akan selesai,” katanya.
Pada resik-resik itu, sebanyak 2.560 kg sampah plastik berhasil diangkut dari kali Kuning, itupun baru radius 200 meter dan dikerjakan selama 1 jam. Namun, bagi Ganjar ini adalah gerakan lingkungan luar biasa. Menurut dia, yang dibutuhkan adalah lebih menata manajemennya.
“Intinya bagaimana kita menyelamatkan lingkungan dan menumbuhkan potensi sumber daya air. Dan bagaimana kita keroyokan membereskan persoalan bumi ini dari plastik,” ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, sebenarnya masyarakat saat ini sudah punya kesadaran lingkungan. Namun tinggal digerakkan lebih banyak pada persoalan akselerasi, metode serta peralatan yang digunakan.
“Kita pernah membuat kongres sungai dan beranak menjadi sekolah sungai yang sekarang menggelinding tidak terbendung. Kabupaten kota lain sudah belajar meniru, nah inilah yang namanya gerakan. Saya yakin ini akan berhasil. Sehingga kecukupan air dari seluruh fungsi yang dibutuhkan akan tercukupi,” katanya.(lhr/YS)