Purwokertokita.com – Pengembangan wisata yang selama ini dilaksanakan Purbalingga menarik minat rombongan anggota DPRD Kabupaten Tegal untuk mempelajarinya. Ketertarikan tersebut direalisasikan dengan kunjungan rombongan sebanyak 14 orang dari DPRD Kabupaten Tegal pada Senin (12/10).
Rombongan dari DPRD Kabupaten Tegal tersebut diterima Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Subeno dan Kabid Pariwisata Prayitno, Senin (12/10). Usai melakukan dialog di aula Dinbudparpora, rombongan yang dipimpin Ketua Pansus V, Agus Salim melakukan kunjungan ke Owabong.
“Kami sudah melakukan kunjungan kerja ke Bandung, namun hasilnya kurang memuaskan dan sulit untuk diaplikasikan di Tegal. Kemudian kami bahas kembali dan meminta izin kepada pimpinan dewan untuk menimba ilmu di Purbalingga. Ternyata, kami nilai pengelolaan pariwisata melalui BUMD di Purbalingga, sangat tepat dan bisa ditiru,” ujar Agus Salim.
Dalam kunjungan tersebut, rombongan DPRD Kabupaten Tegal menilai perkembangan pariwisata di Purbalingga dinilai berhasil menggerakan ekonomi masyarakat serta memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah.
Agus menambahkan, DPRD Kabupaten Tegal saat ini tengah mendorong membangun destinasi wisata yang mampu menarik wisatawan ke Tegal. Salah satu upaya yang tengah dilakukannya, dengan menyusun Raperda Kepariwisataan yang mengatur didalamnya tentang pengelolaan pariwisata oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Menurut Agus Salim, obyek wisata Guci yang berada di Tegal, selama ini mampu menyetorkan pendapatan sebesar Rp 3 miliar ke Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun, setelah dihitung dengan biaya operasional termasuk menggaji PNS yang bekerja di obyek wisata tersebut, Pemkab Tegal harus mengeluarkan dana Rp 3,5 miliar.
“Dengan potensi sumberdaya air panas, sebenarnya kami yakin pendapatan bisa lebih dari angka tersebut, karena beberapa wahana wisata yang memanfaatkan air panas dikelola oleh pihak ketiga,” katanya.
Ia melanjutkan, tahun depan merupakan batas akhir kontrak antara Pemkab Tegal dengan pihak ketiga. Momen tersebut, lanjut Agus Salim, membuat pihaknya untuk mendorong eksekutif mengoptimalkan pengelolaan wisata Guci seperti yang dikelola di Owabong. “Kita tidak akan bersaing dengan Owabong, karena potensi sumberdaya airnya berbeda. Di Tegal akan menjual sumber daya air panas untuk wisata, sementara Owabong dengan sumber daya air segar dari mata air,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinbudparpora Purbalingga, Subeno mengatakan pengelolaan obyek wisata Owabong oleh BUMD dengan cepat mampu mengantisipasi pelayanan yang kurang kepada wisatawan. Kondisi ini berbeda, jika dikelola Dinas, pengelolaan pendapatan dan keuangan terbentur aturan birokrasi. “Dalam pengelolaan destinasi wisata, kami cenderung melibatkan pihak ketiga, dalam hal ini BUMD,” katanya.
Saat ini, lanjut Subeno, Pemkab Purbalingga berrencana mengembangkan obyek wisata alam Goa Lawa. Pengembangan tersebut, saat ini masih dalam kajian Detail Enginering Desain (DED). “Meski nantinya dikelola BUMD, tetapi Pemkab tetap memiliki fungsi pengawasan dan pembinaan. Pemkab lebih cenderung memfasilitasi dan membantu mempromosikan pada pihak luar dan masyarakat umum,” tuturnya.
Direktur Utama Owabong, Wisnu Haryo Danardono mengatakan aset Owabong saat ini sudah mencapai Rp 60 miliar. Sejak kali pertama dibangun pada tahun 2004, aset awal Owabong sekitar Rp 13,5 miliar. Sedangkan pendapatan kotor dalam satu tahun terakhir mencapai Rp 28 miliar. “Meski bersaing dengan waterpark sejenis yang saling bermunculan, kami tetap optimis, Owabong masih menjadi pilihan kunjungan wisatawan di Jateng dan sekitarnya,” katanya.
Uwin Chandra