Purwokertokita.com – Siang itu, Dodi Priyo Sambodo mendengar ada keributan di Tango, sebuah kafe yang cukup ngehits pada zamannya. Keributan dipicu oleh sweeping yang dilakukan Front Pembela Islam Kebumen.
“Mereka mecahin botol di Tango dan lanjut di DD Cafe,” kata Dodi, di sela-sela deklarasi Koalisi Benteng Nusantara, Banyumas Damai Tanpa FPI di Rumah Makan Oemah Daun, Senin (15/2) malam.
Ia mengatakan, penyerbuan ke Tango dan DD Cafe itu dilakukan pada siang bolong. Mereka bergerak ke dua tempat itu setelah mengikuti pengajian dengan pembicara dari FPI.
Massa FPI saat itu cukup banyak. Mereka mengendarai enam kendaraan pick up. Selain membawa bambu, massa juga membawa senjata tajam.
Begitu mendengar ada sweeping, Dodi lantas mengumpulkan teman-temannya. Puluhan orang langsung terkumpul dan langsung menghalau sweeping itu.
Merasa kalah jumlah dan beraksi di daerah orang, massa FPI pun mundur teratur. “Kami kawal mereka keluar Banyumas,” katanya.
Menurut dia, FPI selalu berdalih mengadakan pengajian untuk mendeklarasikan cabang FPI di suatu daerah. FPI, kata dia, sudah sering ingin masuk Banyumas, tetapi selalu gagal. “Di Banyumas sweeping itu tidak lazim. Mereka mengadakan pengajian hanya sebagai kamuflase, padahal akan deklarasi,” katanya menambahkan.
Ia juga menolak istilah Banyumas kota maksiat.