Waduh, di Tahun Baru Empat Desa di Cilacap ini Malah Terancam Banjir Bandang

Lingkungan, Peristiwa186 Dilihat
Sungai Cijalu terbendung membentuk danau alami yang menampung jutaan meter kubik air dan material lain. Dikhawatirkan, saat hujan lebat, bendungan ini akan jebol dan menyebabkan banjir bandang. (Foto: BPBD Cilacap/purwokertokita.com)
Sungai Cijalu terbendung membentuk danau alami yang menampung jutaan meter kubik air dan material lain. Dikhawatirkan, saat hujan lebat, bendungan ini akan jebol dan menyebabkan banjir bandang. (Foto: BPBD Cilacap/purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Setidaknya empat desa di dua Kecamatan wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah terancam banjir bandang karena tertutupnya aliran air akibat longsornya tebing Sungai Cijalu.

“Titik yang longsor ada di Desa Jambu Kecamatan Wanareja. Sedangkan yang tertutup longsoran sampai ke Sadahayu Kecamatan Majenang,” kata Kepala UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majenang, Edy Sapto Priyono, Jumat (1/1).

Dia mengungkap longsor tersebut menyebabkan terbentuknya bendung alami yang mampu menampung jutaan meter kubik air dan material lain (mud flow).

“Bendungan alami ada di ketinggain 496 MDPL dengan jarak runtuhan 87 meter. Area longsor terjadi pada tebing sepanjang 87, tinggi 20 Meter, atau setara dengan 5220 meter kubik material yang jatuh ke sungai Cijalu,” jelasnya.

Sungai Cijalu yang berada di Sadahayu Kecamatan Majenang terbendung dan menimbulkan danau seluas 25 Meter x 300 meter dengan kedalaman air mencapai 15 meter.

Dikhawatirkan, saat terjadi hujan deras, bendung alami jebol dan memuntahkan material ke arah hilir. Beberapa desa yang terancam antara lain Desa Sadahayu dan Bener kecamatan Wanareja, Desa Jenang, Pahonjean dan Desa Mulyadadi Kecamatan Majenang.

Sementara, Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Try Komara Sidhy menjelaskan BPBD Cilacap telah berkoordinasi dengan Perhutani dan Balai Besar Wilayah Sungai (BWWS) untuk menangani potensi bencana ini.

BPBD mengupayakan normalisasi sungai dengan cara mengeruk material yang membendung sungai. “Alat berat sulit masuk ke lokasi karena medan yang terjal. Jadi kemungkinan akan dilakukan dengan cara kerjabakti manual,” ujar Try Komara.

Mempertimbangkan puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada Januari 2016 ini, pengerukan bakal dilakukan secepatnya.

Pada 2006 lalu, tiga desa di dua kecamatan wilayah Majenang dan Wanareja pernah diterjang banjir bandang lantaran tertutupnya aliran Sungai Citanduy. Saat hujan lebat, bendung alami yang terbentuk jebol dan menyebabkan banjir di Desa Jenang, Mulyadadi dan Pahonjean.

Tinggalkan Balasan