Kisah Mudasir Tukang Becak Banjarnegara, Hidup Sebatang Kara dan Bertahun-tahun Tidur di Becak

Feature, Peristiwa242 Dilihat

Mudasir tukang becak di Banjarnegara yang tidak memiliki rumahPURWOKERTOKITA.COM, BANJARNEGARA-Pandemi Covid 19 memaksa warga banyak berdiam di rumah. Pemerintah pun menganjurkan warganya untuk tidak bepergian keluar untuk menghindari penularan virus. Pemprov Jateng bahkan menggalakkan program Jateng di Rumah Saja selama dua hari, 6 dan 7 Februari 2021.

Namun ada sebagian masyarakat yang terpaksa tidak bisa mengikuti anjuran pemerintah. Kita tidak bisa menutup mata, banyak warga yang tidak memiliki rumah hingga harus hidup dan tidur di jalanan.

Mudasir, tukang becak yang biasa mangkal di Jalan Dipayuda Banjarnegara satu di antaranya. Ia bukannya tak mau berdiam di rumah. Masalahnya, orang tua itu tidak punya rumah sejak beberapa tahun terakhir ini.

Mudasir bertahun-tahun tidur di becak untuk melepas penat usai seharian bekerja. Becak itu sekaligus menjadi sumber mata pencahariannya.

Becak kayuh bewarna merah itu menjadi teman setia yang tak bisa lepas darinya. Terlebih istrinya sudah lama meninggal. Anak-anaknya sudah tidak lagi tinggal bersamanya dan menjalani kehidupannya masing-masing.

Konon, Mudasir pernah memiliki rumah dan tinggal bersama keluarganya di Kelurahan Semarang, Banjarnegara. Tapi kehidupannya berubah usai rumahnya dijual untuk menutup hutang dan biaya hidup.

“Katanya sertifikatnya dipinjam teman untuk jaminan Bank. Akhirnya dia yang dikejar dept collector, akhirnya rumah dijual, ” katanya

Karena tak punya tempat tinggal, Mudasir akhirnya hidup di jalan dengan becak kesayangannya. Saat mata terjaga, ia menawarkan jasa untuk mengantar penumpang dengan becak kayuhnya.

Saat kantuk membujuk, ia merebahkan tubuhnya ke kursi yang biasa diduduki penumpang hingga lelap. Kursi yang sempit membuatnya tidak bisa leluasa untuk mengatur posisi tidur.

Ia harus menekuk sebagian anggota tubuhnya agar muat di kursi yang sempit.

Kehidupan Mudasir yang memprihatinkan memantik pemerintah untuk ikut memikirkan nasibnya. Ia pun dijemput Satpol PP Banjarnegara lalu dibawa ke Panti Sosial Pamardi Raharjo, Pucang Banjarnegara.

Di situ, pemerintah menyediakan banyak kamar yang disiapkan untuk memfasilitasi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Bukan hanya kamar dengan fasilitas kasur yang empuk, pemerintah juga menjamin kebutuhan makan mereka tiap harinya.

“Dibawa Satpol PP kesini, di sini kami fasilitasi kamar dengan kasur empuk dan makan terjamin. Kami sarankan agar beliau mau tinggal di sini, ” kata Kasi Penyantunan dan Rujukan Rumah Pelayanan Sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Pamardi Raharjo.

Tapi siapa sangka, Mudasir ternyata tidak betah tinggal di dalam panti yang memiliki fasilitas cukup lengkap. Ia tidak tertarik dengan kasur empuk yang disiapkan untuknya agar bisa tidur dengan nyaman.

Alih-alih menempatinya, Mudasir memilih keluar kamar dan kembali tidur di becaknya yang diparkir di halaman panti.

Mudasir, kata dia, memaksa agar bisa keluar panti dan kembali menjalani kehidupannya seperti sedia kala.

Pihaknya sudah berusaha merayu agar Mudasir mau tinggal di panti demi kebaikannya. Tapi pihaknya tidak bisa memaksa karena yang bersangkutan lebih memilih hidup bebas di jalanan.

Mudasir pun akhirnya membuat surat pernyataan bermaterai yang menyatakan ia ingin bebas dari panti dan akan patuh terhadap peraturan yang berlaku. Ia juga menyatakan tidak ingin direhabilitasi di panti sosial.

Setelah menandatangani surat pernyataan, Mudasir akhirnya diserahkan ke Lurah Semarang yang bertanggung jawab untuk membina warganya itu.

“Kami sudah bujuk. Tapi kami tidak bisa memaksa,” katanya.

 

 

 

Tinggalkan Balasan