PURWOKERTOKITA.COM, PURBALINGGA – Sepekan yang lalu, hujan deras mengguyur Purbalingga. Hujan deras ini memicu luapan air di area sekitar Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga hingga ke persawahan di Desa Kemangkon.
Ada yang menyebut banjir ini sebagai dampak pembangunan bandara. Namun Angkasa Pura (AP) II membantah luapan air disebabkan pembangunan bandara.
Manager Project Implementation Unit Pembangunan Bandara JB Soedirman, Catur Sudarmono, menjelaskan sumber luapan air bermula dari area lahan persawahan sebelah kanan dan kiri jalan masuk bandara.
Selain itu air juga masuk dari drainase jalan masuk dan saluran air di sekeliling runway. Seluruh air ini bermuara ke pond atau kolam bandara disisi utara dan selatan. Kolam ini berfungsi sebagai pengendali banjir.
“Saluran drainase di jalan cor (beton) airnya semua mengalir ke arah bandara maka menambah debit air di bandara,” karta Catur menjelaskan.
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, M Umar Fauzi, menyanggah banjir ini sebagai imbas pembangunan bandara. Menurutnya, banjir disebabkan dimensi saluran pembuangan di tepi jalan yang terlalu kecil.
Ia menjelaskan, saluran pembuangan dari bandara memiliki lebar sekitar 3 meter dan tinggi 2 meter. Saluran seukuran ini menurutnya cukup besar untuk mengalirkan debit air hujan seperti tempo hari.
Menurutnya, permasalahan ada pada saluran penerus yang ada di luar bandara. Saluran penerus dengan lebar dan tinggi 1 meter ini dinilai terlalu kecil menerima limpahan air dari saluran dalam bandara.
“Tentu saluran yang ada di luar bandara tidak mampu menampung dan mengalirkan ke pembuangan, akibatnya air meluap ke jalan. Terlebih saat kejadian luapan itu juga tengah terjadi hujan lebat dengan durasi lebih dari dua jam,” ujar dia.
Umar menjelaskan, solusi persoalan ini ialah penanganan permanen. Satu di antaranya dengan memperbesar volume saluran penerus sehingga mampu mengimbangi dan mengalirkan dengan baik pembuangan air dari bandara.