PURWOKERTOKITA.COM, BANJARNEGARA-Pandemi Covid-19 menjadi salah satu tragedi terburuk dalam sejarah perjalanan umat manusia. Ratusan ribu nyawa telah melayang, namun pandemi itu belum juga hilang. Ekonomi dunia pun lumpuh karenanya.
Tetapi di luar sisi muram yang ditampilkan, pandemi Corona melahirkan banyak hikmah positif bagi masyarakat dunia, khususnya di Indonesia. Pandemi telah melahirkan budaya baru berupa kebiasaan cuci tangan dengan sabun.
Padahal, sebelum muncul wabah Covid-19, kebiasaan positif itu tidak tampak pada masyarakat kita. Masyarakat biasa mencuci tangan hanya pada saat-saat tertentu, misalnya usai makan, buang air besar, atau sehabis memegang barang kotor. Itu pun tak mesti menggunakan sabun. Perilaku abai terhadap kebersihan ini tak ayal memudahkan penyebaran virus dan kuman di Indonesia, termasuk Covid-19.
Terlebih, virus Corona bisa menyebar melalui tangan yang bersentuhan dengan droplet dari batuk atau bersin. Tangan itu kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sehingga virus masuk dan menyerang tubuh.
“Cuci tangan penting guna mencegah penularan virus,”kata Peneliti kebencanaan sekaligus Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Dr Tuswadi
Tetapi pemandangan saat ini berubah. Banyak fasilitas umum hingga rumah rumah penduduk terpasang fasilitas cuci tangan di depannya. Cuci tangan sebelum masuk fasilitas umum, kantor atau rumah pun kini sudah pemandangan lazim.
Apakah budaya baru itu akan lenyap begitu saja jika pandemi telah berakhir?
Karenanya ini momentum bagi bangsa untuk membangun generasi baru yang peduli terhadap keberihan lingkungan. Kebiasaan ini mesti berlanjut. Masa pandemi boleh saja berakhir, tapi ancaman virus wabah akan terus ada di masa mendatang.
Jika kebiasaan ini berlanjut, kebersihan lingkungan kita akan terus terjaga. Kualitas kesehatan masyarakat akan meningkat. Karena cuci tangan menggunakan sabun bukan hanya efektif menangkal virus Corona, namun juga virus dan kuman lain pemicu penyakit menular di masyarakat.
Kita boleh saja mengandaikan, usai pandemi berakhir, akan lahir generasi baru dengan kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya menjaga kualitas kesehatan lingkungan.
“Kebiasaan itu harus dikelola, dipupuk, dan diedukasikan secara terus menerus secara terpola rapi, terstruktur, dan berkelanjutan,”katanya