Purwokertokita.com – Intensitas hujan yang mengguyur wilayah Eks-Karesidenan Banyumas dalam beberapa waktu belakangan memang cukup tinggi. Kini saatnya warga bersiap diri untuk menghadapi kemungkinan banjir yang melanda wilayah permukiman.
Kejadian banjir, akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Banyumas sejak Jumat (5/2) siang, dirasakan di beberapa titik wilayah Banyumas. Tak hanya banjir, bencana longsor pun juga terjadi pada waktu yang nyaris bersamaan pada Jumat (5/2). Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banyumas, Ady Candra melaporkan, sejumlah wilayah di Kecamatan Sokaraja tergenang banjir.
“Banjir terjadi di Perumahan Karangasri Desa Karangrau. Selain itu, Desa Karangkedawung, dan Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja juga banjir. Dan satu desa di Kecamatan Kalibagor, yakni Desa Pekaja juga mengalami banjir,” katanya.
Ia mengemukakan, dari pendataan yang dilakukan pihaknya, tercatat ada sekitar 54 rumah di wilayah Kecamatan Sokaraja dan Kecamatan Kalibagor terrendam banjir. Dia merinci jumlah rumah yang terrendam banjir di Desa Karangkedawung mencapai 21 rumah, Sokaraja Tengah 10 rumah, Perumahan Karangasri 18 rumah dan Desa Pekaja 5 rumah. “Tinggi air banjir bervariasi, mulai dari betis orang dewasa hingga paha orang dewasa,” lanjutnya.
Ia mengemukakan, banjir yang terjadi disinyalir karena Sungai Bener yang melintas di wilayah tersebut, tidak mampu menampung volume air setelah hujan deras mengguyur sejak Jumat sore. “Tadi sekitar pukul 23.20 WIB, air banjir sudah mulai surut dan warga segera membersihkan sisa lumpur,” ujarnya.
Selain bencana banjir, pihaknya juga mendapat laporan adanya dua rumah warga di Desa Karangendep Kecamatan Patikraja yang terkena longsor, akibat hujan deras. “Dua rumah yang terkena longsoran tersebut milik Pak Sigit warga RT 03/RW 01 dan Sunar RT 05/RW 01. Saat ini kami sudah ke lokasi dan penanganan lanjutan akan dilakukan besok (Sabtu, 6/2) pagi,” ujarnya.
Sebelumnya, pada Senin (1/2), sejumlah kawasan permukiman di Kota Purwokerto juga diterjang banjir. Persoalan sampah di aliran sungai yang melintasi permukiman penduduk masih menjadi pekerjaan rumah. Menurut aktifis lingkungan hidup di Purwokerto, Apris Nur, kejadian banjir yang terjadi di Purwokerto Selatan beberapa waktu lalu disebabkan minimnya kesadaran warga menjaga sungai.
“Setelah banjir, kami bisa melihat sampah yang ada di aliran sungai, mulai dari sampah rumah tangga, kasur hingga ranting pohon. Dan parahnya banjir terjadi di permukiman warga yang selama ini tidak pernah banjir,” katanya.
Karena itu, ia mengajak kepada warga untuk membersihkan sungai dari sampah. Diakuinya, selama ini kerap melakukan kampanye dan aksi untuk membersihkan sungai. “Kami berharap warga sadar untuk tidak membuang sampah di sungai, apalagi dampaknya sudah dirasakan sendiri,” katanya.