12 Titik Longsor dalam 2 Hari, Jalan-jalan di Banjarnegara Sempat Tertutup Total

Peristiwa240 Dilihat

BANJARNEGARA, PURWOKERTOKITA – Hujan berintensitas tinggi pada Rabu (8/1) memicu longsor di 12 titik di Kabupaten Banjarnegara. Rentetan bencana itu terjadi di saat hampir bersamaan, tanggal 8 hingga 9 Januari tahun 2020. Longsor melanda pemukiman hingga berdampak ke infrastruktur umum atau jalan.

Di Desa Slatri Kecamatan Karangkobar, longsor tebing setinggi sekira 15 meter bahkan menutup badan jalan provinsi hingga akses sempat terputus total, Kamis (9/1). Sebelum itu, longsor juga sempat menutup badan jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Pekalongan dengan Dieng, tepat di tanjakan Sikelir Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa (8/1).

Longsor juga dilaporkan menimpa jalan kabupaten dan jalan desa di lokasi berbeda. Antara lain di jalur Sumberjo menuju Desa Sidengok Kecamatan Pejawaran, ruas jalan Desa Ratamba ke arah Kecamatan Batur, jalan kabupaten Desa Binangun Kecamatan Karangkobar, dan jalan kabupaten di dukuh Alian Desa Ambal Kecamatan Karangkobar.

Menurut Kalak Harian BPBD Banjarnegara Arief Rahman, longsor juga terjadi di pemukiman di beberapa desa. Longsor terjadi di Dukuh Sidamulya Desa Leksana Kecamatan Karangkobar hingga mengancam satu rumah warga.

Beberapa rumah di tiga dusun Desa Kalisat Kidul Kecamatan Kalibening bahkan dilaporkan rusak karena longsor. Kerusakan umumnya terjadi pada rumah bagian belakang hingga kandang jebol karena longsor. Arief Rahman pun mengimbau agar masyarakat mewaapadai dan hujan yang mulai turun saat ini.

“Cuaca ekstrem diprediksi hingga Februari 2020,”katanya

Terpisah, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan fenomena Monsun Asia pada musim penghujan kali ini menciptakan daerah pertemuan angin yang memicu terbentuknya awan hujan lebih besar.

Monsun yang sebenarnya fenomena normal pada musim penghujan berpotensi abnormal karena keberadaan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang memicu terbentuknya awan hujan lebih banyak. Fenomena Monsun plus MJO membuat wilayah Jawa Tengah berpotensi dilanda cuaca ekstrem berupa hujan lebat, sambaran petir hingga angin kencang.

Cuaca ekstrem ini pun melahirkan risiko bencana hidrometeorologi semisal banjir di wilayah dataran rendah hingga longsor di wilayah dataran tinggi.

Tinggalkan Balasan