Dolanan Anak Diusulkan Jadi Materi Ekstrakurikuler di Sekolah

Peristiwa251 Dilihat
Pagelaran Festival Budaya Lokal “Dolanan Anak” di Desa Kembaran Wetan, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Senin (10/12).

Purwokertokita.com – Panitia Festival Dolanan Anak Purbalingga mengusulkan permainan tradisional anak atau yang lebih dikenal sebagai dolanan anak menjadi salah satu materi ekstrakurikuler di sekolah.  Usulan ini disampaikan oleh Sutarko, salah satu panitia di sela kegiatan  Festival Budaya Lokal “Dolanan Anak” di Desa Kembaran Wetan, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Senin (10/12).

Menurut Sutarko, dolanan anak mempunyai filosofi yang tinggi, yakni membentuk karakter bangsa, terutama terhadap perilaku, keberanian, disiplin, tanggungjawab dan sosialisasi sesama teman sebaya.

Saat ini, banyaknya permainan yang melanda anak-anak milenial, lanjut Tarko, menjadi anak-anak lupa dengan dunianya. Anak-anak menjadi bersikap apatis terhadap lingkungannya.

Sutarko mengungkapkan, permainan berbasis smartphone kadang-kadang memengaruhi pikiran anak-anak untuk berbuat di luar usianya. Banyak juga permainan yang berbau kekerasan yang berpengaruh kepada perilaku kekerasan pada anak.

“Dengan nge-game anak-anak juga cenderung melalaikaan tugasnya sebagai pelajar,” katanya

Sutarko menambahkan, pengenalan dolanan anak harus dimulai dari orang dewasa untuk memperkenalkan kepada anak-anak. Dari mengenalkan, kemudian ditularkan kepada anak-anak, sehingga permainan tersebut tetap eksis di masyarakat.

“Sampai saat ini di Purbalingga terdapat ratusan permainan yang ada, walaupun ada beberapa permainan yang ada di Purbalingga juga ada di kabupaten lain. Permainan seperti sunda manda, lumbungan dan kuwukan di beberapa kecamatan juga masih ada,” katanya.

Sutarko berharap festival dolanan anak bisa digelar setiap tahun, agar permainan anak tetap ada dan menjadi salah satu warisan budaya kepada generasi penerus bangsa.

“Kepada dinas terkait agar permainan anak untuk SD dan SMP bisa dihidupkan kembali, bisa dikembangkan kembali dan bisa menjadi kegiatan ekstrakurikuler pada lembaga pendidikan yang ada,” tutur Sutarko.

Sutarko berharap, dengan semangat dan cinta kepada dolanan anak, dapat mewujudkan jati diri bangsa, yakni bangsa Indonesia.

“Karena wujud jati diri bangsa salah satunya melestarikan budaya yang ada,” tandasnya. (YS)

Tinggalkan Balasan