Purwokertokita.com – Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga bekerjasama dengan Sanggar Tari Dresanala menyelenggarakan Festival Budaya Lokal “Dolanan Anak” di Desa Kembaran Wetan, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Senin (10/12).
Pengelola Kegiatan Festival Dolanan Anak, Sutomo mengatakan, festival dolanan anak ini menjadi salah satu upaya untuk mengenalkan anak pada permainan tradisional yang biasa dimainkan oleh anak-anak pada zaman dulu. Menurut dia, permainan tradisional saat ini sudah tergerus oleh perkembangan zaman, dimana anak-anak sekarang lebih senang bermain dengan gawai.
“Kenapa kami mengambil lokasi di alam terbuka, karena untuk mengingat kembali zaman dulu kala ketika bermain itu pun di alam terbuka,” ujar Tomo.
Alam terbuka, Tomo menjelaskan, menjadi tempat yang mengasikkan untuk bermain. Anak-anak bisa dengan leluasa bermain tanpa terbatas ruang, sehingga tidak terbatas hanya dengan bermain gawai.
“Saat ini kami mencoba menggugah kembali agar anak-anak mau berkegiatan di lapangan dan untuk sedikit menghindar dari HP, agar tidak kecanduan dengan gawai,” ujarnya.
Tomo mengungkapkan, dolanan anak tradisional dapat memunculkan kebersamaan, kerukunan dan kerjasama antar anak. Anak juga dilatih untuk bersosialisasi dengan rekan sebayanya juga mengenal berbagai permainan tradisional yang dapat dimainkan di waktu senggang bersama teman-temannya.
“Kalau di alam terbuka seperti ini jadi kerjasama muncul kembali, anak-anak di sini secara tidak langsung belajar bersosialisasi dan bermain dengan anak-anak yang lain tanpa terganggu dengan gawai,” jelas Tomo.
Sementara itu, Sekretaris Dindikbud Kabupaten Purbalingga, Sri Kuncoro mengatakan, festival dolanan anak ini diikuti oleh perwakilan dari 18 kecamatan di wilayah Kabupaten Purbalingga. Satu kontingen mengirimkan 20 anak beserta bina damping.
“Ada dua lokasi yang disediakan dalam festival ini, yakni tempat untuk festival dolanan anak dan lokasi permainan tradisional zaman dulu yang sudah disiapkan teman-teman Dresanalan,” kata Sri Kuncoro.
Sebagai pemacu kegiatan tersebut, Dindikbud Kabupaten Purbalingga memberikan hadiah bagi enam penampil terbaik berupa piala dan uang pembinaan. Juara 1 mendapatkan Rp 4 juta, juara 2 mendapatkan Rp 3 juta, dan juara 3 mendapatkan Rp 2 juta.
“Sedangkan untuk juara harapan 1, 2, dan 3 masing-masing mendapat Rp 1,5 juta,” katanya.
Festival serupa, Kuncoro menjelaskan, pernah diadakan pada tiga tahun yang lalu dengan konsep acara yang berbeda. Tiga tahun lalu, festival ini berlansung di dalam ruangan , namun pada tahun ini para seniman di Kabupaten Purbalingga membuat konsep ruang terbuka.
“Kami akan menjadikan agenda ini sebagai agenda rutin tahunan dan saya pesankan juga ke teman-teman seniman Purbalingga untuk mempunyai ide cerdas lagi agar kegiatan ini akan lebih menggaung lagi,” tuturnya.
Permainan yang dikenalkan oleh Sanggar Tari Dresanala ada lima permainan, yakni gadhon, meriam bumbung, srampang kreweng, egrang bathok, dan bedhil sodokan. Permainan ini sendiri dipilih karena pernah eksis dan menjadi permainan yang ramai dimainkan oleh anak-anak pada zaman dulu.
“Mereka mungkin saat ini tidak ada yang mengenal permainan itu karena lebih sering bermain dengan gawai, untuk itu kami munculkan permainan tradisional itu,” ujar Kuncoro. (YS)