Ganjar Intip Teknologi Ramah Lingkungan PLTU di Jepang

Peristiwa171 Dilihat
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengunjungi PLTU Isogo di Yokohama, Jepang, Kamis (8/11). (lhr/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengunjungi PLTU Isogo yang menggunakan batu bara milik J-Power di Yokohama, Jepang, Kamis (8/11). Ganjar menyaksikan penggunaan teknologi Ultra Super Critical (USC) yang dikembangkan J-Power berhasil membuat cerobong pembakaran tanpa asap dan mengurangi emisi karbon hingga 90 persen.

Pengalaman ini memberikan gambaran kepada Ganjar, kecanggihan teknologi USC dalam menekan emisi karbon dari pembakaran batu bara. Menurut Ganjar, teknologi serupa akan diterapkan di PLTU Batang, Jawa Tengah yang menjadi kontroversi lantaran dikhawatirkan pembakaran batu bara akan merusak lingkungan.

Ganjar mengatakan, kunjungannya ke Jepang memang ingin melihat langsung teknologi USC dalam menekan emisi karbon dari pembakaran batu bara.

“Hal ini penting untuk menjadi gambaran bagaimana pengelolaan PLTU Batang yang ramah lingkungan,” ujar Ganjar.

Ganjar mengungkapkan, PLTU Isogo hanya berjarak 6 kilometer dari pemukiman padat di Yokohama. Kota ini terbesar kedua di Jepang dengan populasi 3,7 juta penduduk. Ganjar menyaksikan udara di area PLTU dan sekitarnya tetap segar, penuh dengan taman hijau dan pepohonan yang tertata rapi.

“Tidak ada polusi udara karena cerobongnya tidak mengeluarkan asap,” katanya.

Selama dua jam, Ganjar berkeliling ke beberapa bagian PLTU. Cerobong setinggi 200 meter itu nampak sama sekali tidak mengeluarkan asap.

“Tadi di jalan dari jauh saya tidak lihat asap, cuma lampu-lampu berkedip. Sekarang dari dekat pun sama, udaranya bersih sekali,” tambahnya.

Selama kunjungan, Ganjar didampingi Presiden Direktur J-Power, Yasuhiro Koide, Direktur PLTU, Isogo Yamamoto, dan Direktur External Relations Bhimasena Power, Wasistho Adjinugroho.

J-Power adalah sponsor dari PT Bhimasena Power Indonesia bersama Adaro Power dan ITOCHU Corporation, yang sedang membangun dan mengelola PLTU Batang 2×1000 MW.

Yamamoto mengatakan, PLTU Batang akan menggunakan teknologi USC yang sama dengan PLTU Isogo.

“PLTU kami memiliki efisiensi paling tinggi di Jepang, meski menggunakan batu bara tapi konsentrasi emisinya paling rendah,” ungkapnya.

Menurut Yamamoto, awalnya PLTU yang dibangun 1960 ini menggunakan FGD (Flue Gas Desulfurization). Sejak 1998, PLTU Isogo mulai menggunakan batu bara dengan kapasitas 2×600 MW.

“Teknologi baru berhasil memangkas 90 persen emisi,” katanya.

Yamamoto menjelaskan, jika negara penghasil emisi seperti Amerika Serikat, Cina dan India menerapkan tingkat kinerja lingkungan tertinggi di pembangkit listrik Jepang (termasuk PLTU Isogo), dapat diperkirakan bahwa mereka dapat mengurangi emisi CO2 hingga ± 1,3 miliar ton per tahun atau sama dengan 5 persen dari total emisi CO2 dunia.

Sementara itu, Direktur External Relations Bhimasena Power, Wasistho Adjinugroho mengatakan, saat ini PLTU Batang telah menyelesaikan pembebasan lahan 100 persen dan pembangunan konstruksi mencapai 57,2 persen. Pembangkit yang menempati lahan 226 ha dengan nilai investasi US$ 4,2 miliar itu ditarget dapat beroperasi penuh pada 2020.

“Pembangunan konstruksi saat ini mempekerjakan 8963 orang, 96 persen dari lokal, mayoritas warga Batang,” katanya.

Adjinugroho menjelaskan, PLTU Batang nantinya akan membantu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menambah suplai listrik Jawa-Bali sebesar 5,7 persen. Pasokan tersebut membantu PLN mencukupi kebutuhan listrik industri di beberapa daerah di Jawa Tengah, antara lain Pekalongan, Kendal dan Semarang. (lhr/YS)

Tinggalkan Balasan