Purwokertokita.com – Gerakan peduli lingkungan, sudah saatnya dimulai tanpa bergantung pada Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD). Sebab, sebuah gerakan yang sebenar-benarnya berangkat dari kemandirian dan kesadaran, akan bisa bertahan lama.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno saat membuka Workshop Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh Forum Komunitas Hijau (FKH) di Saung Mansur, Parakancanggah, Jumat (30/10). “Kalau semua bergantung pada SKPD gerakan ini tidak akan kuat. Kegiatan kepedulian terhadap lingkungan bisa jadi hanya karena ada pejabat. Namun, kalau berangkat dari kemauan masyarakat, mereka akan menjaga lingkungannya berdasar kemauan sendiri,” katanya.
Ia mencontohkan, pada saat Kongres Sungai Indonesia (KSI) yang baru lalu, banyak peserta merupakan anggota komunitas. Mereka datang, kata Hadi, karena kemauan dan biaya sendiri. Lebih jauh, Hadi mengemukakan, pembiayaannya dipenuhi dengan cara menjual produk kerajinan di arena kongres, tanpa dukungan dari pemerintah pun mereka tetap jalan.
“Keberadaan komunitas yang berangkat dari kemauan sendiri ini akan sangat berarti bagi efektivitas gerakan peduli lingkungan. Meski jumlahnya sedikit, gaungnya bisa menyebar ke mana-mana. Lebih baik jumlahnya puluhan, namun nyata daripada ribuan hanya saat itu saja aktivitasnya” katanya.
Hadi menekankannya, isu lingkungan merupakan isu penting sepanjang kehidupan masih berlangsung. Sebab, manusia membutuhkan lingkungan hidupnya. Kalau lingkungan hidupnya rusak, manusia hidupnya akan kesulitan juga. “Kondisi tesebut bisa dicontohkan saat warga kesulitan memperoleh air bersih. Air bersih menjadi isu krusial, sebab air bersih merupakan kebutuhan pokok dan berkait dengan kelangsungan hidupnya. Karena itulah, isu kelestarian lingkungan menjadi hal penting,” katanya.
Ia berharap, workshop dan FKH mampu mendorong lahirnya komunitas peduli lingkungan di Banjarnegara. Langkah itu, jelasnya, bisa dilakukan FKH, apabila tidak hanya menerapkan pembelajaran praktik, namun juga praksis. “Sebab praksis itu ada kritik dan upaya memperbaiki dari praktek sebelumnya,” katanya.
Hadi juga menginginkan FKH punya model nyata penanganan sungai perkotaan, sehingga dapat dijadikan acuan jika ada orang ingin belajar. Misalnya, ucapnya, dengan mengambil satu sisi sungai dalam jarak tertentu kemudian fokus ditangani. “Jadi bila cerita kemana-mana tentang penanangan sungai, kita punya model nyata yang dapat dijadikan untuk acuan,” katanya.
Ketua FKH, Firdaus Hanafi menyampaikan kegiatan Workshop ini sudah berjalan ke empat kalinya. Peserta berjumlah 50 orang yang merupakan anggota FKH yang berasal dari anak-anak sekolah, karang taruna, sekber, dan perangkat desa.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kepedulian masyarakat terhadap sumber daya air dan lingkungan hidup,” katanya.
Upaya edukasi ini, lanjutnya, terus dilakukan oleh FKH melalui berbagai forum dan kegiatan seperiti bersih sungai, cabut paku, dan penanaman, termasuk juga peduli tentang sampah. “Pada tanggal 5 November 2015 di SMK 2 Bawang, FKH akan menyelenggarakan kontes gaun yang terbuat dari sampah plastik. Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya FKH dalam mengedukasi masyarakat untuk peduli sampah” katanya.
Gagasan besar kami, lanjutnya, adalah membentuk Akademi Konservasi. Upaya ini telah kami rintis dan sudah ada silabusnya. “Akademi Konservasi merupakan sekolah non formal. Di sini diajarkan berbagai hal perihal kehidupan dan keterampilan yang selaras dengan alam,” katanya.
Sumber Humas Banjarnegara