Almarhum Slamet Effendi Yusuf Dimakamkan di Pesantren Al Azhary Ajibarang

Peristiwa265 Dilihat
Slamet Effendi Yusuf, dalam sebuah eksempatan di Mahkamah Konstitusi (dok. istimewa, dakwatuna.com/purwokertokita.com)
Slamet Effendi Yusuf, dalam sebuah eksempatan di Mahkamah Konstitusi (dok. istimewa, dakwatuna.com/purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Mantan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), asal Ajibarang Kabupaten Banyumas, Slamet Effendi Yusuf meninggal di Bandung. Almarhum dimakamkan di kompleks pesantren Al Azhary Ajibarang.

Keluarga Pesantren Al Azhary Ajibarang baru mendapat mendapat kepastian meninggalnya almarhum pada Kamis pukul 01:00 dinihari.

“Kami terkejut dan shock mendengar kabar itu. Kami mendapat kepastian beliau wafat sekitar pukul 23.00 WIB. Namun, kami memastikan dengan berbagai informasi, hingga sekitar pukul 01.00 WIB, dan mendapat kabar positif dari beberapa pihak yang mengabarkannya,” jelas Kyai Mustolih, Kamis (3/12).

Kyai Mustolih melanjutkan, sesuai amanat, almarhum dimakamkan di tengah kompleks pesantren yang bangun. “Nanti sesuai amanahnya, beliau meminta untuk dimakamkan di tengah komplek pesantren Al-Azhary,” ujarnya.

Ratusan santri tampak khusuk membaca Alquran untuk mendoakan Slamet. Beberapa santri bahkan sempat terlihat menitikan air mata saat memanjatkan doa kepada tokoh NU yang juga petinggi Partai Golkar.

“Keluarga besar NU dan pesantren, dari santri, dewan santri dan guru spontan memanjatkan doa untuk beliau mulai tadarus, hingga salat ghaib,” jelas Mustolih.

Slamet Effendi Yusuf dikenal di kalangan warga sekitar sebagai putra keturunan penerus pendiri pondok pesantren Al Azhary, Mbah Yusuf. Mbah Yusuf lah mendirikan pondok pesantren Quran tersebut. Setelah ayahnya meninggal, Slamet Effendi Yusuf merintis dan mengembangkan pesantren dengan cara mulai mendirikan lembaga formal dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah.

“Terakhir beliau datang ke sini sekitar November. Kadang tidak pasti, setiap ada kegiatan beliau pasti selalu menyempatkan datang ke pesantren, dalam sebulan bisa dua tiga kali,” ujarnya.

Kyai Mustolih mengungkapkan, almarhum Slamet Effendi Yusuf sempat menyampaikan amanat kepadanya sekitar dua tahun lalu, jika suatu saat meninggal minta dimakamkan di kompleks Ponpes Al Azhary. “Beliau (Slamet Effendi Yusuf) sempat matur, kepada saya, ‘Dik Mustolih, kalau disini ada kuburannya gimana?’ Saya jawab, ‘Di Pesantren manapun kalau maqom pendiri memang dekat dengan santri,” katanya, menirukan perbincangan keduanya waktu itu.

Kemudian, Slamet Effendi Yusuf bertanya lagi kepada Kyai Mustolih. “Beliau tanya lagi, ‘Apa santri tidak takut ada makomnya?’ Kemudian saya jawab, ‘justru makom kalau secara spiritual itu ghaib, kita tidak bahas, tapi kalau secara fisik adalah  prasasti. Jadi siapa pun yang disini (dimakamkan), (menunjukan) bahwa pendiri ini punya visi begini agar terus menghidupkan motivasi, spirit menjadi penting ketika ada sesuatu yg secara simbolik di tengah-tengah pondok pesantren,” cerita Mustolih.

Menurutnya, pembicaraan tersebut dilakukan sekitar dua tahun lalu. Tetapi, katanya, sekitar tiga bulan lalu ada salah seorang ustad  menyampaikan hal yang sama. Saat itu, katanya, Slamet Effendi Yusuf menunjuk sendiri tempat makam untuk dirinya. “Saat itu, dia tanya, ‘Kalau saya dimaqom disini gimana?’ Itu beliau langsung yang minta, bukan dari siapa-siapa,” jelas Mustolih.

Almarhum Slamet Effendi Yusuf dimakamkan di sebelah utara Masjid Umi Kultum. Bahkan, pengurus membuatkan liang untuk Slamet Effendi akan dimakamkan. “Jadi dari keluarga, pihak pesantren juga sudah melakukan perbincangan mengenai penempatan lokasi. Dan akhirnya menyepakati disini,” lanjutnya.

Uwin Chandra/Ridlo Susanto

Tinggalkan Balasan