3 Fakta Longsor Desa Mlaya Banjarnegara, Gilang Meninggal Dipeluk Kakaknya

Peristiwa250 Dilihat

Bekas longsoran timpa rumah warga di Desa Mlaya BanjarnegaraPURWOKERTOKITA. COM, BANJARNEGARA-Longsor di Dusun Sidakarya Desa Mlaya, Kecamatan Punggelan, Banjarnegara menyita perhatian banyak pihak. Terlebih, bencana itu sampai memakan korban.

Redaksi Purwokertokita.com merangkum beberapa fakta di balik peristiwa itu :

1. Balita meninggal

Peristiwa longsor terjadi pada Kamis sore (21/10/2021) waktu ashar. Menurut Ketua RT setempat, Syarifudin, peristiwa itu didahului hujan deras disertai petir menggelegar.

Tebing setinggi sekitar 4 meter longsor menimpa bangunan di bawahnya. Bangunan yang difungsikan sebagai gudang dan tempat istirahat itu berada persis di bawah tebing.

Di atas tebing adalah jalan Desa dengan konstruksi beton. Air diduga melimpas dari saluran air dan meresap ke tanah tebing karena tingginya curah hujan.

Tebing itu pun longsor hingga menimpa bangunan di bawahnya. Nahas, di dalam kamar yang berhimpitan dengan dinding tebing itu ada Gilang Angga Saputra (3) yang sedang terlelap. Ia dipeluk oleh kakaknya, Afiyati atau Evi (23) di sampingnya.

Material longsor menimpa keduanya. Gilang meninggal seketika usai tertimbun material longsor dan puing bangunan. Sementara Evi selamat meski sempat tertimbun dan hanya mengalami luka ringan.

“Korban sedang dipeluk kakaknya di kamar, ” katanya

2. Faktor pemicu

Longsor dipicu curah hujan tinggi. Endang, relawan RAPI Banjarnegara menyebut, sebelum kejadian, beberapa warga sempat membersihkan saluran di sisi jalan atas tebing tersebut.  Tapi karena debit yang tinggi, air di saluran meluber higgga ke jalan.

Di bawah jalan itu, berdiri rumah yang di dalamnya ada korban, Gilang dan Evi yang sedang tidur di kamar. Hingga longsor mengenai rumah itu saat penghuninya terlelap.

Dilihat dari kekuatannya, longsor itu sebenarnya termasuk kategori ringan.

Tetapi dinding rumah yang terbuat dari papan GRC menyebabkannya mudah jebol saat tertimpa material longsor.

Material leluasa masuk ke ruangan setelah menjebol dinding.

Nahas di balik dinding itu, ada bocah yang sedang tertidur sehingga seketika tertimbun dan nyawanya tak terselamatkan.

3. Takdir tak ada yang tahu

Bangunan yang tertimpa longsor iitu sebenarnya jarang ditinggali, bukan rumah utama. Tempat itu lebih difungsikan sebagai gudang untuk menempatkan perkakas atau dagangan.

Struktur bangunan juga hanya berdinding GRC yang relatif mudah rusak atau jebol.

Tak jauh dari tempat itu, ada warung tempat usaha yang dikelola Evi dan suaminya. Bangunan itu sekaligus jadi tempat istirahat mereka.

Seperti saat kejadian, Evi dan adiknya Gilang sedang beristirahat atau tidur di kamar bangunan itu.  Padahal mereka sehari-hari pulang dan tinggal di rumah orang tua di perkampungan di atasnya.

Tapi takdir tidak ada yang tahu. Tidak mengenal tempat dan waktu. Jika Tuhan berkehendak, tidak satupun makhluk bisa mengelak. (JAC)

Tinggalkan Balasan